TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, memprediksi inflasi bulan Desember 2013 masih terkendali. “Inflasi Desember sekitar 0,5 persen dan secara year on year inflasi 8,4 persen. Tapi kemungkinan bisa jadi lebih rendah,” ujarnya saat dihubungi, Kamis, 2 Januari 2013.
Menurut David, salah satu pemicu naiknya inflasi di penghujung tahun lalu disebabkan meningkatnya harga bahan makanan seperti cabe dan daging. Hal itu biasa terjadi karena faktor musiman akhir tahun. Selain itu, faktor pelemahan rupiah juga masih menjadi salah satu penyebabnya.
Ia juga memperkirakan impor konsumsi menjelang akhir tahun juga meningkat. "Pertamina meningkatkan impor bahan bakar minyak untuk persediaan akhir tahun," kata dia. Sehingga secara keseluruhan David menilai kondisi ekspor impor nasional belum terlalu baik. Per Oktober lalu, kondisi neraca berjalan masih defisit US$ 6,35 miliar.
Hari ini rencananya Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan inflasi bulan Desember. Sebelumnya pada November 2013 BPS melansir inflasi sebesar 0,12 persen. Beberapa penyebab utama inflasi saat itu berasal dari kelompok listrik, air, gas, dan perumahan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi pernah menyatakan pemerintah sudah mengantisipasi inflasi yang lebih tinggi di bulan Desember karena secara historis inflasi di bulan tersebut lebih tinggi dibanding November. Dua faktor yang memicu inflasi di akhir tahun adalah musim liburan hari raya Natal dan Tahun Baru serta adanya musim hujan.
“Selain ada kenaikan peredaran uang karena musim liburan juga karena kenaikan harga produk pangan seperti buah dan sayur berkurang produksinya akibat tingginya curah hujan,” ujar Bayu beberapa waktu lalu.
FAIZ NASHRILLAH
Berita Lainnya:
Harga Naik, Pertamina Perketat Elpiji 3 Kilogram
DPR Minta Harga Gas 3 Kg Ikut Dinaikkan
Pengamat : Pertamina Harus Jelaskan Harga Gas
Tahun Baru, Harga Elpiji 12 Kg Naik Jadi Rp 117,7 Ribu
YLKI Minta Pertamina Benahi Tata Niaga Gas