TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sidarto Danusubroto menyatakan musuh terbesar bangsa Indonesia saat ini adalah korupsi. Sidarto mengkritik sistem otonomi daerah yang dia sebut melahirkan raja-raja kecil di daerah.
"Ancaman faktual Indonesia saat ini adalah korupsi, kemudian diikuti bahaya narkoba," kata Sidarto dalam pengajian bulanan di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Jumat, 3 Januari 2013. Ancaman ketiga setelah dua ancaman ini adalah ancaman terhadap Bhineka Tunggal Ika.
Dia mengatakan, ancaman terhadap Bhineka Tunggal Ika mengancam keutuhan Republik Indonesia. Karena itu, politikus PDI Perjuangan ini menyatakan, kepemimpinan nasional yang dibutuhkan saat ini adalah pemimpin yang jujur, sederhana, dan memberi teladan. "Ketokohan nasional yang kuat," kata Sidarto.
Sidarto mengingatkan, apa yang terjadi pada bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari cita-cita para pendiri bangsa. Menurut Sidarto, cita-cita ini sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, meliputi perlindungan kepada warga negara, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mensejahterakan rakyat. Pembangunan bangsa, kata dia, tak bisa dilepaskan dari cita-cita yang diamanatkan ini.
Sidarto mengkritik otonomi daerah usai Orde Baru berakhir. Menurut dia, sistem ini menciptakan banyak raja-raja kecil di daerah. Bahkan, penguasa di daerah kerap memperlakukan sumber daya alam seperti warisan miliknya sendiri. Bahkan, dia mengkritik, saat diundang oleh gubernur dan bupati tertentu, banyak yang tidak mau datang.
Pengajian bulanan dihadiri oleh sejumlah tokoh partai politik. Misalnya, Wakil Ketua Umum Golkar Sharif Cicip Sutarjo, Presiden PKS Anis Matta, Wakil Ketua Umum PAN Drajad Wibowo, dan Ketua Umum Hanura Wiranto. Tokoh-tokoh ini menyampaikan pandangannya mengenai persoalan bangsa dalam pengajian ini.
WAYAN AGUS PURNOMO
Berita Terkait
FPI Ancam Demo Polresta Depok
Polisi Depok Tahan Lima Anggota FPI
Muhammadiyah dan NU Tolak MUI Fatwakan Sesat Syiah
Bawaslu Usut Iklan Wiranto-Hary Tanoe
Ormas, Mayoritas Pelanggar HAM di Yogyakarta