TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika masih akan menguat pada akhir pekan pertama Januari 2014. Penyebabnya, permintaan dollar masih minim di awal tahun. "Selain itu, rilis data ekonomi dalam negeri yang sesuai dengan ekspektasi investor membuat rupiah menguat," kata dia kepada Tempo.
Dalam transaksi pasar uang, Kamis, 2 Januari 2014, rupiah menguat 50 poin (0,41 persen) menjadi 12.160 per dolar Amerika Serikat. Rupiah menjadi satu-satunya mata uang Asia Tenggara yang menguat terhadap dollar.
Menurut Lindawati, transaksi valuta asing masih sepi pada awal bulan karena seusai liburan. Akibatnya, permintaan dollar tidak terlalu besar. Momentum ini digunakan rupiah untuk melepaskan diri dari tekanan dollar.
Selain itu, rilis data inflasi dan surplus perdagangan membuat laju rupiah semakin kencang. Badan Pusat Statistik menyatakan inflasi sepanjang 2013 mencapai 8,38 persen, lebih rendah dari perkiraan analis sebesar 9 persen, bahkan dua digit. Sedangkan nilai ekspor Indonesia pada November 2013 mencapai US$ 15,93 miliar dan impor sebesar US$ 15,5 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan surplus US$ 776,8 juta, angka tertinggi sejak April 2012.
Menurut Lindawati, data-data ini membawa sentimen positif di pasar domestik. Namun, optimisme tersebut akan diuji dengan pengurangan stimulus (tapering off) bank sentral Amerika. Lindawati memperkirakan rupiah berpeluang menguat hingga 12.100 per dollar Amerika pada perdagangan Jumat, 3 Januari 2014.
M. AZHAR
Terpopuler
Menteri Gita Janji Bukakan Akses Pendanaan UKM
Ini Dalih Pertamina Menaikkan Harga Elpiji
Neraca Surplus, Rupiah Menguat Tajam
Di Malang, Elpiji Melon Kian Diburu
Soal Elpiji, Pengusaha Restoran: Pemerintah Gila!
Harga Elpiji Melonjak, Pengusaha Serbu Gas 3 Kilogram