TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 2,1 juta pekerja industri makanan dan minuman kecil terancam mengalami penurunan omzet lantaran kenaikan harga elpiji 12 kilogram. Sekertaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, Franky Sibarani mengatakan harga baru elpiji yang naik sampai 68 persen menjadi Rp 122 ribu per tabung mengakibatkan barang yang diproduksinya ikut naik.
"Ada kemungkinan industri kecil menengah makanan tutup, karena industri rumah tangga khususnya catering bisa terkena dampak langsung, persaingan dalam bisnis makanan semakin ketat," kata Franky kepada Tempo, Sabtu, 4 Desember 2014.
Franky menyarankan, industri makanan minuman kecil dan menengah menurunkan kapastitas produksi dan mengurungkan niat ekspansi produk. Dari total industri makanan dan minuman, 99,5 persen merupakan industri kecil dan menengah.
Namun, kata dia, industri makanan kelas atas tak kena pengaruh kenaikan harga elpiji 12 kg. Mereka bisa mendapatkan sumber energi lain, misal batu bara. Franky mengkritik PT Pertamina yang menaikkan harga elpiji di tengah situasi ekonomi Indonesia yang belum stabil.
PT Pertamina (Persero) memutuskan menaikkan harga elpiji kemasan 12 kilogram per 1 Januari 2014. Harga gas non-subsidi itu naik sekitar Rp 3.959 per kilogram, atau menjadi Rp 122 ribu per tabung, dari sebelumnya sekitar Rp 78 ribu per tabung.
GALVAN YUDISTIRA
Berita Terkait
Begini Inovasi Warga Batu Siasati Harga Elpiji
Di Malang, Elpiji Melon Kian Diburu
Dinas di Solo Tak Cemaskan Eksodus ke Elpiji Melon
Pemilik Warung Nasi Kaget Harga Gas Naik
Pangkalan Elpiji Belum Jual Tabung 12 Kilogram