TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menuding upaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Pertamina meninjau ulang harga LPG 12 kilogram sebagai akal-akalan semata. Presiden dituding hanya berupaya mencari simpati rakyat belaka. "Ini seperti BBM-nya diturunkan jelang Pemilu yang lalu demi mengais simpati rakyat," kata Hasto di Jakarta, Ahad, 5 Januari 2014.
Pada 2009 lalu, Pemerintah SBY memang pernah menurunkan harga BBM menjadi Rp 4.500. Keputusan itu hanya beberapa bulan jelang Pemilu 2009 dan dianggap sekadar pencitraan Partai Demokrat dan SBY. Dalam kasus LPG kali ini, Hasto menuding ada indikasi serupa.
Pasalnya, kata Hasto, aneh sekali sekelas Presiden SBY tak tahu ada rencana Pertamina untuk menaikkan harga gas LPG 12 kilogram. SBY baru membahasnya setelah Pertamina menaikkan harga. "Gas naik tanpa pemerintah tahu? Ya negara auto-pilot namanya ini," kata Hasto.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf enggan menanggapi tudingan berbagai pihak terkait upaya Presiden meminta Pertamina meninjua penaikan harga LPG 12 kilogram. Namun Nurhayati mengakui SBY memang baru tahu ada kenaikan harga LPG setelah mendapat laporan dari anak buahnya. "Kalau beliau tak dilapori, bagaimana bisa tahu?" kata Nurhayati.
Dalam rapat kabinet terbatas pagi tadi di pangkalan udara Halim Perdanakusuma, SBY meminta Pertamina bersama menteri terkait meninjau penaikan harga LPG 12 kilogram paling lambat 1x24 jam. Ketua Umum Demokrat sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu menilai Pemerintah berhak meminta Pertamina meninjau kenaikan harga karena Pemerintah juga punya saham di Pertamina. (Baca: SBY Minta Pertamina Tinjau Kenaikan Harga Elpiji)
KHAIRUL ANAM
Berita Terkait
Kenaikan Harga Elpiji Hantam Pengusaha Kuliner
Bangun Infrastruktur Gas, PGN Butuh Mitra
SBY Pimpin Rapat Soal Kenaikan Harga Elpiji
Soal Kenaikan Harga Elpiji, SBY Bercuit
Kalla: Kenaikan Elpiji Senilai Kirim Lima SMS