TEMPO.CO, Jakarta - Penutupan Terminal Lebak Bulus yang akan dilakukan mulai pukul 00.00, Selasa, 7 Januari 2014, terus ditentang banyak pihak, terutama para pedagang, penjual tiket, kuli panggul, dan awak bus. Mereka terancam kehilangan pemasukan karena penutupan terminal tidak dibarengi relokasi bagi para pencari nafkah di terminal tersebut.
Idris, 42 tahun, pengelola salah satu toilet umum di Terminal Lebak Bulus, menyatakan bingung jika terminal ini ditutup. "Saya enggak tahu mau ke mana," kata dia saat ditemui pada Senin, 6 Januari 2014. "Ini sumber pendapatan sehari-hari saya buat keluarga." Lokasi toilet yang dikelola Idrus berada di samping emplasemen bus antarkota tujuan Jawa Tengah dan Timur. Jika terminal ditutup, dipastikan bus-bus yang biasa mangkal di sana pindah ke terminal lain, penumpang pun akan menghilang.
Idris mengaku kecewa karena hingga sehari sebelum penutupan tidak ada solusi relokasi bagi dia dan pedagang di terminal. "Masalahnya, usaha toilet ini bergantung pada penumpang. Kalau tidak ada penumpang, ya, tidak ada pemasukan," ujarnya. Hal senada diungkapkan Jack, 43 tahun, pemilik warung kelontong di dalam lingkungan terminal. "Kami kan bayar sewa per tahun, kok tiba-tiba ditutup tanpa ada kepastian kami akan dipindahkan ke mana," katanya. (Baca : Meski Diprotes, Terminal Lebak Bulus Tetap Ditutup)
Idris dan Jack khawatir kehilangan pendapatan karena tidak mungkin pindah ke terminal lain. "Kalau bus mungkin masih bisa ditampung di terminal lain, tapi pedagang atau penjaga toilet kan susah mau masuk ke terminal lain," kata Idris. Sedangkan Jack berpendapat, seharusnya pemerintah menyediakan terminal pengganti yang benar-benar baru sebelum menutup Lebak Bulus. "Biar semua pengusaha di Lebak Bulus bisa pindah semua," ujar Jack