TEMPO.CO, Balikpapan - Dewan Perawakilan Rakyat Daerah Balikpapan, Kalimantan Timur, menolak perubahan nama Bandara Sepinggan menjadi Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur meminta pergantian nama ini menjelang peresmian renovasi bandara yang menelan dana hingga Rp 2 triliun tersebut.
“Kami kirimkan surat penolakan pada Pemprov Kaltim,” kata Ketua DPRD Balikpapan Andi Burhanuddin Solong, Selasa, 7 Januari 2014.
Burhan mendukung penyelamatan nama Sepinggan sesuai sejarah Kota Balikpapan. Dia meminta sikapnya ini menjadi pernyataan resmi DPRD Balikpapan sehubungan polemik nama bandara Balikpapan.
DPRD Balikpapan siap turun aksi ke jalan bila nama Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman tetap dipaksakan menggantikan nama Bandara Sepinggan. Dewan berdiri bersama mayoritas masyarakat Balikpapan yang menolak rencana pergantian nama ini.
Anggota Dewan Suharti menambahkan, pihaknya juga menyampaikan penolakannya ini pada Kementerian Perhubungan. Instansi ini nantinya punya wewenang menetapkan nama bandara udara utama di Kalimantan tersebut.
Selain itu, anggota Dewan Tohari Aziz menilai tidak adanya urgensi perubahan nama ini menjadi Aji Muhammad Sulaiman. Menurut dia, nama Sepinggan sudah terpatri di benak masyarakat domestik dan internasional pengguna bandara Balikpapan.
Tohari meminta nama Sultan Aji Sulaiman ditetapkan untuk Bandara Temindung, Samarinda, yang juga masih dalam pengerjaan. Bandara ini letaknya di ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.
Komunitas warga Balikpapan mengatasnamakan Save Sepinggan meminta dukungan politik dalam penolakan perubahan nama bandara setempat. Mereka menilai sosok Sultan Kutai, Aji Muhammad Sulaiman, tidak berkontribusi aktif dalam pengembangan warga asli Balikpapan, Dayak Paser.
“Kami selaku warga asli yang memahami histori Sepinggan menilai selama ini Sultan Aji Muhammad Sulaiman tidak pernah memberikan kontribusinya bagi masyarakat,” ujar Mei Kristi, perwakilan dari komunitas Save Sepinggan.
Mei berpendapat, nama Sepinggan menyimpan sejarah soal asal usul warga asli Balikpapan. Menurut dia, nama Sepinggan merupakan simbol perdamaian antara sejumlah suku yang mendiami Balikpapan.
“Untuk melerai pertikaian saudara itu di masa dulu, semua dikumpulkan dalam upacara dengan mengundang semua orang tanpa memandang status sosial. Dalam upacara itu, disediakan satu piring atau pinggan,” tuturnya.
Save Sepinggan menggalang dukungan penolakan bagi perubahan nama Sepingggan, baik berupa akun Facebook, Twitter, dan maupun petisi. Sebanyak 1.500 akun media sosial mendukung penolakan perubahan nama Bandara Sepinggan.
SG WIBISONO (BALIKPAPAN)
Berita Terpopuler:
Dahlan Iskan: Elpiji Cuma Naik Rp 1.000 per Kilogram
SBY Apresiasi Kenaikan Gas Elpiji Hanya Rp 1.000
Penipuan: JPMorgan Akan Membayar US$ 2 Miliar
Dahlan: Harga Elpiji Sudah Memperhatikan Daya Beli
Harga Elpiji Direvisi, Pertamina Rugi 6,5 Triliun