TEMPO.CO, Jakarta -Penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya harus dilakukan secara hati-hati. Terutama mengantisipasi penyebaran penyakit HIV/AIDS. Sebab, selama ini para pegiat penanggulangan HIV/AIDS tak bisa mengawasi bekas Pekerja Seks Komersial (PSK) yang telah dipulangkan.
"Kita sulit melacak, banyak yang tak kembali ke alamat asal," kata fasilitator advokasi Yayasan Paramitra Malang, Marsikan, Rabu 8 Januari 2013. Sehingga mereka kesulitan mendampingi PSK yang telah positif terinfeksi HIV. Apalagi, mereka menyebar ke sejumlah lokalisasi.
"Setahu saya, mereka menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dipulangkan," katanya. Data riwayat kesehatan reproduksi para PSK, katanya, diserahkan ke Pemerintah Kabupaten/Kota asal PSK. Jika PSK positif terinfeksi HIV akan menjalani pendampingan, dan pengobatan kesehatan melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA).
"Jika programnya terputus itu berbahaya," katanya. Apalagi, jika para PSK yang positif HIV menjajakan diri di jalan akan semakin sulit mengendalikan penyebaran HIV/AIDS. Sedangkan jika di lokalisasi mereka secara rutin menjalani pemeriksaan reproduksi. Tujuannya untuk memastikan mereka terbebas HIV/AIDS atau penyakit infeksi menular seksual.(Baca : Dolly Hendak Ditutup, PSK Bermigrasi ke Malang )
Pemeriksaan dilakukan melalui lembaga kesehatan yang telah bekerjasama dengan lokalisasi tersebut. Pemeriksaan kesehatan reproduksi dilakukan selama tiga bulan sekali. Hasil pemeriksaan kesehatan reproduksi hanya diketahui secara terbatas. Apalagi jika postif HIV, mereka akan menjalani serangkaian pemeriksaan dan pengobatan untuk memperkuat daya tahan tubuh.
Sekretaris KPA Kabupaten Malang Adi Purwanto mengaku jika penutupan lokalisasi menyulitkan KPA mengawasi penyebaran HIV/AIDS. Menurutnya PSK berpotensi menularkan IMS dan HIV/AIDS kepada para pelanggannya. "Kita menghormati Gubernur Jawa Timur menutuplokalisasi.Tapi kita kesulitan penjangkauan kelompok resiko tingi," katanya.
Dinas Kesehatan memeriksa sekitar 100 ibu rumah tangga yang bermukim di dekat lokalisasi. Hasilnya, sekitar 90 persen terkena IMS. "Siapa yang menulari? Berarti suaminya yang menulari," katanya.
KPA membongkar fenomena gunung es, banyak orang dengan AIDS (ODHA) tapi tersembunyi tak terbongkar. Sebanyak 14 titik prostitusi terselubung di Malang. Mereka tak melakukan hubungan seksual secara aman, yakni, tak menggunakan kondom untuk mencegah penularan IMS dan HIV.
EKO WIDIANTO
Berita Terpopuler
Abraham Samad Marah Anas Mangkir Diperiksa KPK
Uang Suap Rudi Mengalir ke Sutan Bhatoegana
Anas Sudah di Area Gedung KPK, Kenapa Tak Masuk?
Bantah ke Cikeas, Denny Tuntut PPI Minta Maaf
BW Bantah Bertamu ke Cikeas Sebelum Periksa Anas