TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan rupiah sedikit mengendur setelah mata uang regional dan beberapa mata uang Asia berbalik menguat terhadap dolar.
Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah mengalami apresiasi tipis 3 poin (0,01 persen) ke level 12.235 per dolar Amerika Serikat (AS). Rebound yang dialami pasar saham Asia mendorong asing untuk kembali masuk dan menukarkan dolarnya ke pasar sehingga ada tambahan likuiditas.
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto mengatakan, penguatan indeks saham Asia turut diikuti dengan nilai tukarnya, termasuk rupiah. "Ditambah kembali menguatnya mata uang euro dan kembalinya yen ke level 105 per dolar AS turut membawa sentimen positif bagi nilai tukar."
Lelang surat utang berbentuk valuta asing (global bond) oleh Kementerian Keuangan berhasil menyerap likuiditas dolar. Namun, sentimen ini hanya berlaku sementara.
Menurut Lindawati, rupiah merupakan mata uang yang sangat volatile terhadap sentimen. Bila sentimen pasar bergerak ke arah positif, rupiah akan turut menguat. Sebaliknya, bila market pesimistis, rupiah ikut tertekan. "Tapi, secara fundamental, pergerakan rupiah relatif masih berada pada ekuilibrium 12.200 per dolar," ujar dia.
Selain itu, relatif masih belum tingginya permintaan dolar korporasi pada awal tahun membuat tekanan rupiah tidak sebesar akhir bulan lalu. Menjelang akhir bulan, tekanan terhadap rupiah kemungkinan akan meningkat dan menguntungkan posisi dolar.
PDAT | M. AZHAR