TEMPO.CO, Banyuwangi - Kepala Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendrasto mengatakan, gempa tremor Gunung Raung meningkat dalam tiga hari terakhir. Gempa tremor pada Rabu, 8 Januari 2014, mencapai 92 kali sehari. Jumlah itu naik dibanding pada 6 dan 7 Januari yang mencapai 51 kali dan 73 kali sehari. "Gempa tremornya meningkat," kata dia ketika dihubungi Tempo, Kamis, 9 Januari 2014.
Menurut Hendrasto, gempa tremor menunjukkan adanya gerakan magma yang berlangsung terus-menerus. Pergerakan magma ini memunculkan asap kelabu yang membawa material debu. Namun peningkatan gempa tremor ini belum berpengaruh signifikan, sehingga ancamannya hanya berada di sekitar puncak Gunung Raung. "Kalau sudah muncul gempa vulkanik, statusnya bisa meningkat kembali."
Kondisi Gunung Raung ini hampir sama dengan aktivitasnya pada 2012-2013. Saat itu gempa tremor berlangsung hampir setahun. Namun, hingga saat ini, gunung di perbatasan Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso itu belum menunjukkan tanda-tanda erupsi seperti pada 19 Oktober 2012 lalu.
Bila gempa tremornya meningkat, embusan asap justru menurun. Pada Senin, 7 Januari, terjadi 56 kali embusan asap. Sedangkan Selasa, 8 Januari, menurun menjadi 43 kali.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menaikkan status Gunung Raung dari level normal ke level waspada (level II) pada Minggu, 5 Januari 2014, pukul 14.00 WIB. Radius 2 kilometer dari puncak gunung itu tertutup untuk pendakian.
Warga di sekitar Gunung Raung masih beraktivitas seperti biasa. Sebagian besar warga menjadi buruh perkebunan cengkeh milik PT Perkebunan Bayu Kidul. "Saya tidak takut karena dekat dengan pos pengamatan," kata Setera, 80 tahun, warga Kampung Mangaran, Desa Sumberarum, Songgon. Desa ini berjarak sekitar 10 kilometer dari puncak Gunung Raung.
IKA NINGTYAS