TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengamat meramalkan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan. Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemungkinan memutuskan suku bunga acuan tetap berada di 7,5 persen. Beberapa pertimbangannya antara lain ekspektasi inflasi yang turun, perbaikan neraca perdagangan, dan perlambatan kredit perbankan.
"Seiring dengan membaiknya ekonomi Indonesia, kemungkinan BI Rate bisa turun di semester kedua, sehingga bisa ditutup di 7-7,25 persen di akhir tahun," ujar Lana.
Menurut Lana, posisi cadangan devisa Indonesia pada Desember 2013 juga naik sebesar US$ 2,4 miliar menjadi US$ 99,4 miliar. "Posisi cadangan devisa yang naik belum membawa penguatan rupiah, tapi bisa membantu menambah keyakinan perbaikan ekonomi."
Pengamat pasar uang dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, mengatakan kemungkinan Bank Indonesia menaikkan suku bunga cukup besar mengingat rupiah sudah terpuruk. Selain itu, pelemahan rupiah lebih baik diatasi secara moneter ketimbang menanti kebijakan pemerintah yang sering kali tidak konsisten. "Jika tidak, rupiah akan menembus level 12.300-12.500."
Menurut Lukman, kenaikan BI Rate merupakan kebijakan jangka pendek, sehingga cocok untuk membendung arus keluar modal asing. Instrumen suku bunga juga fleksibel karena bisa diturunkan bila keadaan sudah membaik.
Selain itu, inflasi tahunan sepanjang 2013 yang mencapai 8,38 persen sudah tidak bisa dikejar oleh suku bunga yang ada sekarang. Inflasi tahun lalu sangat tinggi dan sangat jauh dari ekspektasi pelaku pasar.
Bila dilihat dari segi imbal hasil, inflasi lebih tinggi dari bunga deposito, suku bunga BI, maupun keuntungan di pasar finansial. "Kondisi ini tidak menarik karena menjadi negative investment," kata Lukman.
PDAT | M. AZHAR
Berita Terpopuler Lainnya:
Anas Dipanggil Jumat, Keramat atau Selamat?
KPK Tak Ambil Pusing Ulah Anas Urbaningrum
Dipanggil KPK, Anas Telepon Ibunya
Jubir PPI Bersedia Minta Maaf ke Denny Indrayana