TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta memulai program bapak asuh sampah dengan menggandeng 20 hotel di kawasan Malioboro, mulai pertengahan 2014 ini.
Program itu merupakan upaya melibatkan pengusaha perhotelan untuk peduli terhadap sampah agar lebih mudah dikelola bersama. “Untuk tahap pertama, kami mengajak 20 hotel di kawasan Malioboro. Targetnya mulai Juni,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Irfan Soesilo, kepada Tempo, Kamis, 9 Januari 2014.
Sampah Kota Yogya sebesar sekitar 200 ton per hari, kata Irfan, didominasi plastik yang sulit terurai. Sampah plastik ini tak hanya dari rumah tangga, tapi juga industri perhotelan.
Dalam program bapak asuh bank sampah ini, hotel diminta menjadi katalisator yang memilah sampah sebelum dibuang. Sampah yang dipilah lalu diberikan kepada kelompok bank sampah masyarakat yang ditunjuk.
Pemerintah yang akan menjadi penengahnya agar tidak terjadi rebutan pengelolaan. Selain itu, pemerintah yang juga menyediakan pengumpul sampah yang dikelola masyarakat. “Sudah terkumpul 25 pengepul, siap membeli olahan sampah dari bank sampah warga,” kata dia. Di Yogya, ada 154 bank sampah yang dikelola masyarakat.
Yang masih menjadi kendala, menurut Irfan, belum semua hotel setuju jadi bapak asuh bank sampah. “Alasannya, harus minta izin manajemen pusat di Jakarta karena rata-rata hotel di sini dikendalikan Jakarta,” kata dia. Jumlah hotel di Kota Yogyakarta sebanyak 400 hotel dengan 30 di antaranya hotel berbintang.
Sekretaris Komisi B DPRD Kota Yogyakarta, Bagus Sumbardja mendesak pemerintah menekan pengusaha atau industri berperan aktif. Misalnya, pemerintah dapat memberi sanksi moral jika pengusaha atau industri menolak terlibat.
Terlebih, kebanyakan hotel merupakan perusahaan korporasi yang mempunyai lebih dari satu usaha di Yogyakarta. "Kalau menolak, sebaiknya bisa dicatat. Misalnya, ke depan tidak diberi izin mengembangkan usaha karena tidak mau ikut mengurusi sampah," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO