TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Endriartono Sutarto, giliran Marzuki Alie, peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat lainnya, yang menyindir Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Ini berkaitan dengan hasil sejumlah survei yang menyebutkan elektabilitas Jokowi mengungguli tokoh lain yang digadang menjadi calon presiden.
Menurut Marzuki, hasil survei tak bisa serta-merta dijadikan patokan. "Seolah-olah hasil survei yang menentukan, padahal demokrasi itu keniscayaannya adalah kompetisi," kata Marzuki, di kantor komite konvensi, Jakarta, Kamis, 9 Januari 2014.
Selain itu, kata Marzuki, demokrasi semestinya tak hanya mengedepankan citra, melainkan juga hal-hal yang bersifat substantif. Tujuannya, dia menambahkan, agar masyarakat bisa melihat calon pemimpin yang memiliki gagasan serta rekam jejak dan integritas yang baik. "Itulah sebetulnya demokrasi yang substansial," ujarnya. "Kalau itu kita buka ruangnya, maka kompetisi-kompetisi itu akan menjadi sehat."
Sebelumnya, Endriartono menyindir Jokowi yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi. Dia menganggap Jokowi bisa meraih semua itu lantaran disukai media massa. Endriartono menilai saat ini merupakan era yang aneh lantaran seseorang bisa disukai karena sering masuk di media. Semestinya, kata Endriartono, seseorang bisa dipilih rakyat dengan pertimbangan rekam jejak dan gagasan-gagasannya. "Kita semua harus mengajarkan masyarakat untuk memilih mereka yang memiliki gagasan-gagasan yang membumi. Nanti biar rakyat yang memutuskan," ujar bekas Panglima Tentara Nasional Indonesia ini.
Konvensi Demokrat dimulai sejak September tahun lalu hingga April mendatang. Sebelas peserta konvensi adalah Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, dan Sinyo Harry Sarundajang.
Sistem konvensi digelar dua tahap dengan mengandalkan hasil survei lembaga independen sebagai penentu pemenang. Penilaian dalam debat akan dikombinasikan dengan hasil survei dan kampanye di 10 kota, antara lain Jakarta, Medan, Surabaya, Denpasar, Bandung, Banjarmasin, Manado, dan Jayapura.
PRIHANDOKO
Berita Lain:
Polisi Dukung Terminal Lebak Bulus Ditutup
Bus di Lebak Bulus Tak Lagi Bayar Retribusi
Terminal Lebak Bulus Ditutup Pertengahan Januari
Sejumlah Ruas Jalan di Jakarta Tergenang