TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institut Riset Indonesia (Insis), Mochtar W. Oetomo, mengatakan pesan terima kasih tersangka kasus Hambalang, Anas Urbaningrum, kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sarat dengan simbol. Menurut Mochtar, hanya mereka berdua yang tahu makna tersebut. "Sekilas, kalau dalam filsafat Jawa ini seperti blangkon, mbendol mburi (mengepal di belakang)," kata Mochtar di Hotel Atlet Senayan, Ahad, 12 Januari 2014.
Artinya, Mochtar menambahkan, kata-kata Anas kepada SBY setelah Anas ditetapkan menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi tampak halus. Namun, di baliknya penuh "palu". Maksudnya, akan ada serentetan kejadian yang kemungkinan bakal melibatkan SBY. "Tunggu saja proses persidangan," ujar Mochtar.
Menurut dia, karakter Anas bukanlah orang yang asal mengumbar pernyataan. "Tipologinya bukan menyanyi seperti Nazaruddin (Muhammad Nazaruddin, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat)," katanya. Serangan balik Anas ini bakal berimbas pada perolehan suara Demokrat dalam Pemilihan Umum 2014. "Keduanya akan saling melempar bola panas."
Jumat lalu, Anas memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia diperiksa sebagai tersangka dalam kasus gratifikasi proyek Hambalang. KPK menuding bekas Ketua Umum Demokrat ini menerima Toyota Harrier dari PT Adhi Karya, pemenang tender Hambalang, pada 2010. Saat itu Anas masih menjabat anggota Komisi Olahraga DPR sekaligus Ketua Fraksi Demokrat.
Keluar dari gedung KPK pada Jumat, pukul 18.45, ia mengenakan rompi tahanan. "Saya berterima kasih kepada Pak SBY. Mudah-mudahan peristiwa ini punya arti dan makna serta bisa menjadi hadiah di tahun baru 2014," kata Anas. Anas juga berterima kasih kepada penyidik KPK dan menyebut khusus nama Ketua KPK Abraham Samad.
MUHAMMAD MUHYIDDIN