TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengakui sempat bertemu dengan Ketua DPD Golkar Jawa Timur Zainudin Amali pada 2 Oktober 2013, beberapa jam sebelum Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, yang kini diberhentikan, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi. Hari itu merupakan hari terakhir persidangan sengketa Pemilu kepala daerah Jawa Timur di MK dengan agenda keterangan saksi ahli.
Soekarwo menceritakan pertemuannya dengan Zainudin terjadi sekitar pukul 10.00 WIB atau 11.00 WIB di Kantor Perwakilan Pemprov Jawa Timur Jalan Pasuruan, Jakarta. Zainudin dan para pengurus partai pengusung yang lain memang diundang untuk datang di persidangan. Sambil jalan, Zainudin mengatakan kepada Soekarwo ada permasalahan berat. "Dia sampaikan ada permasalahan, situasinya berat sekali," kata Soekarwo menirukan Zainudin kepada Tempo, Jumat, 10 Januari 2014.
Soekarwo meyakinkan Zainudin tidak ada fakta ataupun data yang memberatkan. Sebab, selisih suara Pilkada Jawa Timur mencapai 1,7 juta suara. Apalagi seluruh saksi yang berjumlah 71.026 menandatangani berita acara. "Dari mana berat? Saksi 71 ribu oke semua, nggak ada yang berat," ujarnya kala itu.
Soekarwo mengaku tidak menanggapi pernyataan Zainudin lebih jauh. Tidak ada lagi pembicaraan setelah itu. Setelah bertemu dengan Zainudin, Soekarwo bersama yang lain berangkat ke persidangan MK yang dijadwalkan berlangsung pukul 14.00 WIB. Itulah pertemuan dan komunikasi terakhir dengan Zainudin.
Soekarwo mengenal Zainudin sebagai Ketua DPD Golkar Jawa Timur. Golkar menjadi salah satu partai pengusung pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf dalam Pilkada Jawa Timur. "Saya kenal dia ketua Golkar sebagai salah satu partai pengusung, sampai disitu saja," ujar dia.
Ia pun tidak pernah mengetahui ada masalah suap yang melibatkan Zainudin Amali dan Akil Mochtar. Soekarwo mengaku baru mendengar kabar adanya suap itu pada Selasa malam, 7 Januari 2014. Ia juga diberi transkrip rekaman antara Akil dan Zainudin. "Disitu nggak ada (saya) kan?" kata Soekarwo.
Menurut Soekarwo, dirinya juga tidak pernah dimintai sejumlah uang oleh siapapun. Ia juga menegaskan tidak ada sepeserpun uang untuk memenangkan sengketa Pilkada Jatim. Selama proses Pilkada, dia sudah memeriksa seluruh prosesnya, bahkan mengundang KPK untuk memeriksa kemungkinan adanya penyimpangan. "Semua clean dan clear. Nggak ada sama sekali, mosok saya harus sumpah pocong?" katanya.
Ia juga tidak mau berandai-andai tentang kebenaran dugaan suap yang dilakukan melalui Zainudin Amali. Meski demikian, ia siap jika nantinya dipanggil KPK untuk dimintai keterangan.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Baca juga:
Hujan Bubarkan Beragam Kampanye Jokowi Nyapres
Dukung Pencapresan Jokowi, Ratusan Waria Pawai
Jika Jokowi Nyapres, Ini Cawapres Pilihan Waria
Waria: Jokowi Patut Diperjuangkan