TEMPO.CO, Bekasi - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengaku belum maksimal mengatasi bencana banjir di wilayahnya, karena program penanggulangan banjir masih berjalan. “Pembuatan sodetan, tandon air masih akan dilakukan,” kata Rahmat, Selasa, 14 Desember 2014.
Rahmat menjelaskan, penyebab banjir yang melanda Koata Bekasi disebabkan oleh beberapa faktor. Air sungai yang meluap menggenangi beberapa kawasan, seperti di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Villa Jatirasa, hingga ke hilir di daerah Teluk Pucung, Kecamatan Bekasi Utara.
Sedangkan banjir yang disebabkan oleh elevasi atau kontur meliputi Perumahan IKIP, Villa Kartini, Perumahan Nasio. “Butuh waktu sangat lama, saat ini hanya bisa mengurangi volumenya saja,” ujar Rahmat.
Untuk itu, pihaknya berusaha mengurangi intensitas banjir tahunan tersebut dengan beberapa konsep penanganan banjir di 49 titik yang tersebar di Bekasi Barat, Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Jatiasih, Bekasi Utara, dan Pondokgede.
Penyebabnya, kata dia, ada beberapa lahan ruang terbuka hijau (RTH) yang hilang. “Ke depan akan kita perbanyak RTH dan pembuatan tandon air,” kata dia. "Setiap menaikkan RTH pasti membutuhkan biaya yang besar. Jadi Jawa Barat dan pusat harus ikut membantu."
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat punya tiga solusi untuk mengatasi masalah banjir. Yakni melakukan konservasi di wilayah hulu di sekitar Bogor. Menghidupkan kembali danau-danau alam di sepanjang bantaran kali dari hulu hingga hilir.
Sebab sebagian danau itu sudah terjadi sedimentasi, bahkan ada yang menjadi daratan. “Untuk wilayah tengah hilir. Pemda setempat harus bisa mempertahankan lebar dan kedalaman sungai,” kata Heryawan.
ADI WARSONO