TEMPO.CO, Jakarta - Setelah ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, tersangka Anas Urbaningrum mengucapkan terima kasih pada sejumlah pejabat tinggi, terutama Ketua KPK Abraham Samad. Banyak pihak yang menilai bahwa "terima kasih" yang dilontarkan Anas merupakan sebuah sindirian.
Namun, menurut Mien Uno, pakar etika, ucapan terima kasih harusnya adalah bentuk rasa syukur dari apa yang telah didapat oleh seseorang. Wanita yang juga bekerja pendidik ini menilai, ucapan terima kasih adalah bagian dari moral yang sudah menjadi budaya sosial saat ini.
"Ucapan "terima kasih" itu harusnya adalah bentuk rasa syukur kepada orang lain dan harus ada nilai ketulusan di dalamnya dan tanpa maksud lain. Kalau memang niatnya mau menyindir, harusnya jangan pakai kata "terima kasih". Nanti makna "terima kasih" yang sebenarnya malah disalahartikan," kata Mien.
Mien menjelaskan makna "terima kasih" ini tergantung bagaimana si penerima "pesan" menanggapinya. Jika orang itu tak merasa tersindir, maka maknanya akan seperti yang seharusnya.
"Penafisan orang kan berbeda-beda. Kalau seseorang memang merasa tersindir, ucapan "terima kasih" akan dianggap seperti sindiran. Tapi, kalau memang ia merasa Anas melakukannya dengan tulus, maka ucapan itu menjadi bentuk rasa syukurnya karena telah banyak dibantu atau merepotkan pihak itu," kata Mien.
RINDU P HESTYA
Berita Lain:
Studi: Kafein Bisa Mempertajam Daya Ingat
Banjir Melanda, Ini Penyakit yang Harus Diwaspadai
1 Dari 3 Orang Tidak Mampu Beli Makanan Sehat
Kebiasaan Wajib Musim Hujan