TEMPO.CO, Jakarta - Tiga ribuan peserta apel mahasiswa di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, pada Selasa siang, 15 Januari 1974, mendadak kalang-kabut. Dua jam setelah apel dimulai, sebelum acara kelar, para pemimpin mahasiswa memerintahkan mereka kembali ke kampus masing-masing. Penyebabnya, muncul kabar bakal terjadi huru-hara (baca pula: Hari Ini, 40 Tahun Lalu Jakarta Diamuk Malari).
Seperti dilansir Majalah Tempo dalam Edisi Khusus Malari, terbit 13 Januari 2014, pada Selasa pagi, demonstran yang terdiri atas mahasiswa dan aktivis nonkampus berkumpul di Sekretariat Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia, Jalan Salemba, Jakarta Pusat. Peserta unjuk rasa yang memprotes kebijakan ekonomi pemerintah sepakat acara dipusatkan di kampus Trisakti.
Mereka mulai berjalan kaki dari Salemba sekitar pukul 08.00 menuju Jalan Raden Saleh, lalu ke Cikini, Gambir, dan Merdeka Timur. “Kami orasi di Stasiun Cikini,” tutur Judilherri Justam, waktu itu Sekretaris Jenderal Dewan Mahasiswa UI, bulan lalu. Pada saat yang sama, Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka bertamu ke Presiden Soeharto di Istana Kepresidenan.
Konvoi mampir di Monumen Nasional, mencari tambahan massa. “Tentara sudah berjaga di Monas. Kami aman saja,” kata Hariman Siregar, Ketua Dewan Mahasiswa UI ketika itu.
Di depan Balai Kota Jakarta dan kantor Lembaga Ketahanan Nasional, mereka menurunkan bendera. Terjadilah bentrok kecil dengan aparat. Demonstran lantas meneruskan langkah melewati Museum Gajah, belok ke Jalan Tanah Abang III, kantor Center for Strategic and International Studies (CSIS)--lembaga pemikir bentukan Ali Moertopo, Asisten Pribadi Soeharto. Dari sini, konvoi menuju Grogol melalui Cideng.
Setelah apel dibubarkan, mahasiswa kembali ke kampus menumpang truk. Judilherri, yang menuju Salemba, menuturkan, sebelum mencapai Museum Nasional, demonstran dihentikan tentara. Mereka dipaksa belok melewati Harmoni. “Pas sampai di Jalan Juanda, kami melihat mobil-mobil dibakar,” ucapnya. “Dari belakang, ada yang berteriak, ’serbu!’.”
Judil tak pernah tahu bagaimana awal kejadian bakar-bakaran. Yang pasti, katanya, inisiatif itu tak pernah berasal dari mahasiswa. Sebab mereka mengklaim berada dalam acara unjuk rasa pada saat amuk terjadi. “Amuk terjadi dua kali, sekali pagi dan satu kali lagi sore hari,” katanya. (baca juga:160 Kilogram Emas Digarong Saat Malari dan Edsus MALARI TEMPO)
TIM TEMPO
Terhangat:
Banjir Jakarta Anas Ditahan Ariel Sharon Terbang dari Halim Terminal Lebak Bulus
Terpopuler:
Akil Timbun Dolar di Tembok Ruang Karaoke
Urusan Makan Anas Urbaningrum Bisa Bikin Repot KPK
Arti Kado Tahun Baru Anas Versi Ipar SBY