TEMPO.CO, Kairo – Kekerasan menandai pemungutan suara di Mesir yang dimulai pada Selasa, 14 Januari 2014. Pemungutan suara kedua dalam 13 bulan ini seharusnya bisa menjadi harapan bagi masa depan Mesir yang lebih baik.
Dikutip CNN, akibat kekerasan ini, Ahmed El Ansary, Kepala Unit Darurat Departemen Kesehatan Mesir, menuturkan 11 orang dilaporkan tewas. Sembilan di antaranya meninggal lantaran tindakan kriminal.
Bentrokan terjadi di beberapa provinsi. Sebanyak empat orang tewas di Sohag dan dua orang di Beni Seouif akibat bentrokan antara pendukung Ikhwanul Muslimin dan pihak keamanan. Tidak hanya itu, 28 orang juga dilaporkan mengalami luka-luka.
Meskipun sejumlah bentrokan terjadi, hal ini tidak menyurutkan tekad warga Mesir untuk memberikan hak suaranya. Antrean panjang tampak terlihat di tempat-tempat pemungutan suara. “Bentrokan tidak akan membuat kami gentar,” kata Mohamed Muharram, seorang guru yang berharap Mesir bisa lebih baik dengan referendum ini.
ANINGTIAS JATMIKA | CNN
Terpopuler:
Anas Ditahan, Dosen Unair Meminta Maaf
Mahfud Mengaku Heran Atas Pemilihan Akil Mochtar
Jokowi Kaget Blusukan 'Dikuntit' Caleg PDIP
Di Tahanan, Anas Urbaningrum Banyak Puasa
Perempuan Arab Saudi Dilarang Main Ayunan