TEMPO.CO, Kairo - Kekerasan melanda pelaksanaan hari pertama referendum konstitusi di Mesir, Selasa, 14 Januari 2014. Setidaknya 11 orang dilaporkan tewas pada referendum kedua dalam 13 bulan tersebut.
Kepala unit gawat darurat Kementerian Kesehatan Mesir, Ahmed El-Ansary, mengatakan dua orang meninggal karena penyebab alami. "Sementara sembilan lainnya diperkirakan tewas karena tindak kriminal," kata dia kepada CNN.
Bentrokan antar-pendukung dilaporkan terjadi di beberapa provinsi. Setidaknya empat orang tewas di Sohag dan satu lainnya di Benni Seouf antara pendukung Al-Ikhwan al-Muslimun dan polisi. Al-Ikhwan, yang menjadi pendukung utama presiden terguling Muhammad Mursi, menyerukan boikot referendum.
Kelompok oposisi menilai referendum pertama setelah terjatuhnya Mursi memberikan kekuasaan besar bagi militer. Al-Ikhwan menilai militer merupakan otak di balik penggulingan Mursi pada 3 Juli lalu. Selain itu, konstitusi melarang pembentukan gerakan dan partai politik berbasis agama.
Hisham Mukhtar, direktur eksekutif Komisi Pendidikan Tinggi Mesir, mengatakan secara umum pelaksanaan referendum berjalan lancar. Tercatat 53 juta orang memberikan suaranya pada hari pertama. "Pelaksanaan referendum aman dan adil," katanya kepada laman Al-Ahram.
CNN | RAJU FEBRIAN
Berita terkait
Bentrokan Warnai Referendum Mesir
Salafi Menolak Al-Ikhwan Dituduh Organisasi Teroris
Sidang Mursi Ditunda hingga 1 Februari