TEMPO.CO, Palembang -Jenazah Arina Meilanda Kurnia, salah seorang korban tragedi tabrakan antara KRL Commuter Line jurusan Serpong-Tanah Abang dengan truk pengakut Bahan Bakar Minyak (BBM) yang meninggal usai dirawat selama sebulan, pada Kamis, 16 Januari 2014 diimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lubuk Kawah, Kebung Bunga, Palembang. Kecelakaan itu terjadi pada 9 Desember lalu.
Sebelum diberangkatkan ke TPU, ratusan pelayat memenuhi kediaman Arina di Jalan Kebun Bunga no 1871 RT 18, Sukarame Palembang. Isak tangis mengiringi keberangkatan Arina ke TPU. Dia dihantar langsung orangtua, sanak saudara dan rekan-rekannya ketika masa SD-SMA.
Selama lima tahun merantau di Jakarta, Arina menumpang di rumah pamannya, Ading Suhendi Permana di kawasan Bintaro. Ading menjelaskan setelah menamatkan bangku SMA, Arina memutuskan untuk mengadu nasib di ibu kota. "Dia sudah lebih lima tahun bersama kami di Bintaro," kata Ading. Di Jakarta Arina di kuliah hingga meraih gelar sarjana muda.
Sunarto, paman korban menuturkan, keluarga menerima kabar kematian keponakannya itu pada Rabu pagi di RSPP Jakarta, tempat Arina dirawat. Mendengarkan kabar duka itu, seluruh keluarga menyiapkan penyambutan dan menyiapkan prosesi pemakaman.
Di mata keluarga, alumni SMAN 13 Palembang ini sangat baik dan menjadi salah satu harapan keluarga besarnya. Karenanya setelah menamatkan kuliah dari salah satu kampus di Jakarta, Arina memutuskan berkerja dengan tetap menumpang di kediaman salah seorang keluarganya.
Menurut Sunarto, beberapa hari sebelum kepergiannya, kondisi kesehatan gadis 21 tahun sempat membaik. Keluarga sempat lega melihat kondisi itu. Sinyal baik itu, katanya, diperlihatkan Arina dengan berbicara dan bercerita banyak hal dengan orangtuanya,Suprapto dan Ida Saida. "Kaget itu pasti karena dia sebelumnya sempat menunjukkan perbaikan," ujar dia.
Dari penuturan Sunarto pula, kondisi kesehatan keponakannya itu semakin turun setelah dia mendengar kabar bila kedua kakinya harus diamputasi. Padahal keluarga dan tim dokter telah berusaha untuk meyakinkan jika Arina masih dapat berjalan normal meskipun dengan kaki palsu. "Ya kami harus terima karena ini sudah kehendak yang maha kuasa."
Sementara itu Makmur Saheran, Direktur Komersial PT KCJ berharap Arina sebagai korban terakhir dalam kecelakaan itiu. "Mudah-mudah ini yang terakhir sebagai korban meninggal dunia," kata dia ketika melepas kepergian Arina dari rumah duka. Berkaca pada kecelakaan itu, dia memastikan perseroan akan membenahi segala lini.
PARLIZA HENDRAWAN
Terpopuler :
Ditolak Merger, SCTV Ajukan Gugatan ke Pengadilan
SCTV dan Indosiar Mau Merger, Ditjen Pajak Tolak
Pertamina Kirim Ulang Elpiji 3 Kg ke Tarakan
Lion Air Tak Campuri Politik Rusdi
Sengketa TPI, Tutut Minta Hary Tanoe Taat Hukum