TEMPO.CO, Jakarta - Bervariasinya sentimen internal dan eksternal membuat laju penguatan rupiah masih tersendat.
Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan tren penguatan rupiah pada pekan ini belum stabil. Nilai tukar rupiah kembali ditransaksikan melemah di kisaran 12.120 per dolar Amerika Serikat (kurs tengah Bloomberg), mengikuti pelemahan mata uang Asia lainnya.
"Diperkirakan, rupiah masih akan bergerak di kisaran 12.000 hingga 12.200 per dolar," ujar Lana.
Sementara sebagian besar bursa Asia cenderung menguat terbatas, termasuk bursa Indonesia. Kenaikan indeks di pasar global sejak kemarin dipicu dengan revisi naik Bank Dunia terhadap ekonomi global menjadi 3,2 persen.
"Perbaikan ekonomi global ini didukung dengan membaiknya ekonomi di negara-negara utama, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang," Lana melanjutkan.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia menghitung inflasi untuk minggu pertama pada bulan Januari sudah mencapai 0,77 persen dengan penyebab utama kenaikan gas elpiji 12 kilogram.
Inflasi Januari juga meningkat seiring dengan perubahan cuaca yang menyebabkan gangguan pada distribusi pangan. Namun demikian, pemerintah optimistis neraca perdagangan bulan Desember kembali mengalami surplus sekitar US$ 700 juta.
PDAT | M. AZHAR