TEMPO.CO , Brussel: Para diplomat telah memperingatkan tentang menguatnya aksi boikot terhadap Israel dan menuduh Uni Eropa menciptakan suasana yang mendorong dan memberikan legitimasi kepada organisasi non-pemerintah untuk tidak bekerja sama dengan Israel. Para pejabat Israel menyampaikan pernyataan ini dalam pertemuan yang diadakan di seksi Departemen Luar Negeri Uni Eropa, di Brussel, dalam rangka konferensi tahunan para duta besar.
Menurut suratkabar Maariv, seperti dimuat Arabs48 edisi 15 Januari 2014, para diplomat mengatakan bahwa kebijakan Uni Eropa memboikot perusahaan yang mengerjakan proyek di pemukiman yang dianggap ilegal bisa menyebar di dalam Israel dalam satu tahun atau lebih. Mereka menambahkan bahwa Uni Eropa menciptakan suasana yang mendorong adanya boikot penuh terhadap Israel dan menggambarkannya sebagai sebuah negara yang tidak biasa.
Mantan duta besar Israel di Uni Eropa, Oded Eran, mengatakan bahwa Uni Eropa berpura-pura tidak bersalah ketika mengatakan bahwa boikot itu hanya menargetkan perusahaan yang mengerjakan proyek pemukiman saja, sementara itu memberikan legitimasi bagi lembaga non-pemerintah yang menolak segala bentuk kerjasama dengan Israel.
Surat kabar Maarif juga mengutip pejabat lain yang mengatakan bahwa kebijakan Uni Eropa juga mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian diharapkan Israel akan menghadapi kesulitan politik dan ekonomi di wilayah pendudukan.
Dalam sebuah makalah yang dipresentasikan dalam konferensi, Eran memperkirakan bahwa prospek hubungan Israel dengan Eropa tergantung pada solusi politiknya dengan Palestina. Jika Israel mencapai solusi politik dengan Palestina, mungkin saja negara ini bisa mengklaim keanggotaan parsial di Uni Eropa dan menjadi mitra dalam proses pengambilan keputusan, khususnya di bidang pertanian, transportasi, transportasi udara, dan teknologi.
Pertemuan itu juga membahas ancaman Eropa untuk memotong bantuan kepada Otoritas Palestina jika gagal mencapai kesepakatan dengan Israel.
Para pembicara menunjukkan bahwa penolakan untuk mengerjakan proyek pembangunan pemukiman di Tepi Barat kini berlaku di seluruh Eropa tanpa terkecuali. Bahkan Jerman, sekutu terbesar Israel di Uni Eropa, tidak lagi mampu memberikan dukungan dalam hal ini.
Maariv menambahkan bahwa konferensi sepakat bahwa berkembangnya hubungan Israel dengan Eropa mungkin tergantung pada kemajuan proses perdamaiannya dengan Palestina, namun menekankan bahwa Israel seharusnya tidak menyerah pada tekanan Uni Eropa terkait pembangunan permukiman itu.
Arabs48 | Abdul Manan