TEMPO.CO, Jakarta - Kuatnya spekulasi percepatan pemangkasan dana stimulus moneter (tapering off) Amerika Serikat membuat nilai dolar terus menguat atas mata uang regional dan rupiah. Rilis data inflasi Amerika yang begitu optimistis disinyalir meneguhkan keyakinan pelaku pasar bahwa tapering off akan berjalan lebih agresif.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto menyatakan, karena faktor tersebut laju sebagian mata uang regional masih sensitif. Sebab, kebijakan moneter bank sentral Amerika (The Fed) yang didasarkan atas kinerja pertumbuhan perekonomian dipastikan akan membuat likuiditas mata uang itu berkurang dan mendorong dolar kembali dominan sebagai tempat perlindungan aset yang aman.
Perbaikan data inflasi AS pada Desember yang tumbuh ke level 0,3 persen, semakin menegaskan bahwa perekonomian negeri Abang Sam memang telah mengalami pemulihan signifikan. The Fed pun kemungkinan takkan ragu mempercepat tapering off untuk mengakhiri kebijakan pelonggaran kuantitatif di tahun ini. “Kebijakan melanjutkan tappering off itu memang bergantung pada perbaikan inflasi dan data pengangguran,” ujar Lindawati untuk analisa Jumat 18 Januari 2014.
Di akhir pekan, mulai meningkatnya permintaan dolar korporasi menjelang akhir bulan, membuat nilai tukar rupiah semakin tertekan. Pergerakan rupiah diperkirakan hanya akan berada dalam rentang level 12.050 -12.150. “Akibat terus bergerak volatil, tingkat kepercayaan pasar terhadap mata uang rupiah memang tengah berkurang,” imbuhnya.
MEGEL | PDAT
Terpopuler
Jengkel Dicaci Maki, Ani SBY Sentil Istri Jokowi
Begini Jokowi Menjawab Sentilan Ibu Ani Soal Istrinya
Mata Najwa, Angel Lelga Gagap Menjawab
Sedang Pimpin Rapat, Ani SBY Malah Angkat Telepon
Suami Khofifah Sudah Lama Menulis Hari Kematiannya