TEMPO.CO, Jakarta - Buku Selalu Ada Pilihan merupakan buku kedua yang diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Jumat, 17 Januari 2014. Dalam buku tersebut, SBY sempat membahas bagaimana pengaruh media dalam mengkritisi kepemimpinan pemerintahan. SBY bahkan mengakui bahwa sebuah kabar tidak bisa disebut sebagai berita jika isinya tidak negaitif.
"Good news is no news. Artinya, bagi pers dan media massa berita yang baik menyangkut kekuasaan atau pemerintah dianggap bukan berita. Tapi, kalau berita itu negatif, itu baru berita," tulis SBY.
SBY menjelaskan sebenarnya pers adalah pilar penting dalam demokrasi. Mereka memiliki kewajiban moral untuk mengkritisi kekuasaan tersebut. Namun, SBY mengharapkan ada keseimbangan dalam kritisi yang dilakukan media.
"Memang kalau judulnya mengkritisi kekuasaan, saya yakin semua pihak bisa menerimanya. Juga membenarkan. Persoalan akan menjadi berbeda jika yang dilakukan pers bukan sekedar mengkritisi, tetapi telah menyerang secara agresif, sekaligus mengabaikan hukum dan etika jurnalisme yang mesti adil dan berimbang," tulis SBY dalam bab yang berjudul Tiada Hari Tanpa Kritik dan Kecaman.
Namun, SBY mengaku akan menerima kritik asalkan tidak asbun atau asal bunyi. "Saya yakin ada pula kritik yang sehat dan membangun. Kritik yang berguna dan kita perlukan. Kritik yang saya sukai," kata SBY.
RINDU P HESTYA
Berita Lain:
Ani Yudhoyono: Ini Tustel Pribadi, Paham?
Adnan Buyung Tantang KPK Bawa Anas ke Pengadilan
Jokowi Dapat Teguran Gamawan
Unair: Terlalu Dini untuk Minta Maaf Soal Anas