TEMPO.CO, Paris - Lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang antara lain menangani kebudayaan, UNESCO, membatalkan pameran bertajuk 'Yahudi di Tanah Israel'. Sedianya, pameran yang diselenggarakan atas kerjasama Simon Wiesenthal Center dengan pemerintah Kanada dan Montenegro ini akan dibuka pada 20 Januari di markas besar United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris.
Keberatan dari negara-negara Arab atas penyelenggaraan pameran itu menjadi alasan bagi UNESCO untuk membatalkannya. Pembatalan itu dilakukan menyusul surat yang dikirim kepada Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova pada 14 Januari. "Kelompok negara-negara Arab sangat terganggu oleh pameran ini dan mengutuknya," bunyi surat dari pimpinan kelompok itu, Abdullah Elmealmi.
Ia juga menyatakan pameran ini diperjuangkan oleh mereka yang menentang upaya perdamaian di Timur Tengah. "Kampanye media yang menyertai pameran pasti akan merusak pembicaraan damai, upaya dari Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan netralitas UNESCO," tulisnya menambahkan.
Terkait pembatalan ini, pemerintah Amerika Serikat dikabarkan sangat kecewa. Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS menyatakan UNESCO seharusnya melakukan penilaian menyeluruh, bukan hanya masukan dari satu pihak saja. "Kami percaya bahwa UNESCO akan mendekati masalah ini dengan adil dan dengan cara yang konsisten dengan pedoman organisasi dan preseden di masa lalu," kata pejabat itu.
Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova mengatakan dalam sebuah surat kepada Simon Wiesenthal Center bahwa pameran yang berjudul "Orang-orang, Kitab, Tanah - 3.500 tahun hubungan antara orang-orang Yahudi dan Tanah Israel" itu akan ditunda tanpa batas waktu. Dia mengatakan, keputusan muncul sebagai bentuk dukungan UNESCO untuk pembicaraan damai antara Israel dan Otoritas Palestina.
HAARETZ | TRIP B