TEMPO.CO, Subang - Kelompok oposisi utama Suriah di pengasingan, Sabtu 18 Januari 2014, sepakat untuk menghadiri pembicaraan damai Jenwewa 2 yang disponsori dunia internasional. Ini untuk pertama kalinya ada tiga kekuatan tempur pemberontak yang juga ingin ambil bagian dalam proses politik ini.
Persetujuan Koalisi Nasional Suriah --dan kelompok pemberontak-- akan menjadi dorongan kuat bagi negara Barat untuk mendukung Jenewa 2 agar segera mengakhiri perang sipil di Suriah, yang hingga kini sudah menyebabkan lebih dari 100.000 orang tewas dan dan jutaan lainnya mengungsi.
Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad belum bisa memberi komentar soal kesediaan para wakil pemberontak untuk menghadiri pembicaraan damai itu.
Juru bicara Koalisi Nasional Suriah Louay Safi mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok Soldiers of the Levant, Syrian Revolutionaries Front dan Mujahideen Army ingin ada wakil kelompoknya di dalam delegasi ke Jenewa, yang akan berunding Rabu mendatang di Montreux.
Tapi belum begitu jelas apa peran yang akan mereka mainkan dalam perundingan itu.
Brigade pemberontak sebelumnya menolak perundingan Jenewa karena menuntut pencopotan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai syarat untuk dimulainya perundingan damai.
Kelompok keempat dari kalangan pemberontak, Front Islam -yang dianggap lebih besar dari tiga kelompok lainnya meski digabungkan- masih mempertimbangkan apakah akan menghadiri perundingan di Jenewa itu.
Kelompok pemberontak yang berafiliasi dengan Al Qaeda, yang semakin terlibat dalam pertempuran perang sipil di Suriah itu, menunjukkan sikap tidak tertarik untuk menyelesaikan masalah ini secara politik.
Mayor Isam el Rayyes, juru bicara Syrian Revolutionaries Front menegaskan bahwa kelompoknya sekarang tertarik untuk menghadiri pertemuan di Jenewa.
"Syrian Revolutionaries Front dan dua front besar lainnya ingin diwakili di Jenewa, tetapi kami tidak akan mengirim pemimpin brigade kami, " katanya kepada Reuters.
Reuters | Abdul Manan