TEMPO.CO, Jakarta - Persidangan tersangka kasus korupsi memberi dampak cukup berarti menjelang Pemilihan Umum 2014, seperti angka golongan putih yang tinggi. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Busyro Muqoddas, mengatakan contoh konkret dampak tersebut bisa dilihat dari 12 pemilihan gubernur terakhir.
Angka golput pada 12 pemilihan gubernur terakhir menunjukkan rata-rata 44 persen dan sering sekali lebih tinggi ketimbang persentase suara pasangan pemenangnya. "Artinya, masyarakat memberi sinyal kepada politikus. Pemilih membaca proses politik yang mengandalkan politik uang dan bentuk nepotisme lain," kata Busyo ketika diwawancarai Tempo pekan lalu.
Busyro mengatakan puncak korupsi di negara ini masuk ke wilayah yang secara langsung berkaitan dengan proses demokrasi. Contohnya, korupsi menyangkut pemilihan kepala daerah. "Salah satu pasangan calon mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, lalu terjadi kasus Akil Mochtar," kata Busyro.
Menurut Busyro, ketika pemilih membaca politik uang dalam pemilihan kepala daerah, maka dampaknya bagi kepala daerah yang menang adalah dia tidak mendapat legitimasi. "Ada beban psikologis-politis yang membuat komunikasi politik tidak efektif," kata Busyro. (Baca juga: Survei Cirus: Publik Belum Percaya Partai Politik).
Demikian juga dengan politikus yang melibatkan diri dalam pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. "Politikus melibatkan diri dalam pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tersebut, suka tidak suka, harus membaca fenomena yang sama," kata Busyro.
Baca Juga:
RIZKI PUSPITA SARI | BUNGA MANGGIASIH | MUHAMMAD RIZKI
Terpopuler
Jakarta Banjir, SBY Terbang ke Bali
Lagi, Tiga TKI Tewas Ditembak di Malaysia
Banjir, Tol Menuju Bandara Soekarno-Hatta Terendam
SBY Merasa Dikhianati Tony Abbot Soal Penyadapan