TEMPO.CO, Jeddah - Lima dokter perempuan Arab Saudi mulai bekerja di bagian forensik. Menurut kabar dari koran Mekah, mereka dilibatkan membantu mengungkap berbagai kejahatan, khususnya pada perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual.
Juru bicara Departemen Forensik Jeddah mengatakan, para dokter ini telah bergabung sejak tiga tahun lalu. Sementara dua lainnya bekerja sebagai spesialis laboratorium dan teknisi.
Dr Manar Al-Harthy, salah seorang perempuan dokter itu, mengatakan bahwa ketika kuliah, dia tertarik pada masalah forensik dan selanjutnya mendalaminya. Dia merupakan dokter perempuan pertama Arab Saudi.
Al-Harthy saat ini bekerja di unit gawat darurat sebuah rumah sakit setelah rekannya mengatakan kepadanya bahwa rumah sakit membutuhkan seorang perempuan yang bekerja di bagian forensik.
"Sejak tahun pertama lulus, inilah lapangan pekerjaan saya. Saya menemukan pekerjaan yang penuh tekanan dan berpikir untuk pindah pekerjaan," ucap Al-Harthy. Dia menambahkan, selama ini, banyak yang mendekatinya untuk mengajak menikah dan meminta pindah lapangan kerja.
Dr Khulood Al-Suwayegh, perempuan ahli forensik lainnya, mengatakan dia dapat menyesuaikan dengan baik pekerjaan ini meskipun dia memulai kariernya sebagai dokter anak.
Rekannya, Dr Aamnah Al-Fadl, mengatakan dia bekerja selama 12 tahun di laboratorium Rumah Sakit Pengawal Nasional dan tidak pernah berada di dalam laboratorium forensik hingga sekarang. Ketika dia pindah ke laboratorium forensik, banyak perempuan yang tidak mau bekerja bersamanya, bahkan memberikan kesan aneh.
Fatimah Al-Qahtani, seorang perawat yang bekerja di laboratorium forensik, mengatakan, meskipun dia berkutat dengan jenazah saban hari, dia secara emosional dipengaruhi oleh kasus kekerasan seksual dan pemerkosaan. Dia mengaku lebih berhati-hati terhadap diri dan anak-anaknya, serta tak berani di rumah sendirian.
AL ARABIYA | CHOIRUL