TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko membantah tudingan bahwa TNI tak memberikan izin peminjaman pesawat angkut C-130 Hercules untuk kegiatan rekayasa cuaca. Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengeluhkan kekurangan pesawat Hercules untuk menebar natrium klorida di awan pembawa hujan untuk mengurangi banjir di DKI Jakarta.
"Prinsipnya, sudah kami siapkan," kata Moeldoko di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 22 Januari 2014. Namun, Moeldoko meminta pengertian dari BNPB, BPPT, dan masyarakat tentang keterbatasan pesawat Hercules yang dimiliki TNI. Belum lagi, seluruh pesawat Hercules TNI sedang melaksanakan misi.
"Kami tak hanya urusi rekayasa cuaca, kami juga ada misi lain," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat tersebut. (Baca juga: Biaya Tertinggi Rekayasa Hujan Adalah Pesawat).
Pesawat Hercules TNI, dia melanjutkan, juga dipakai untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke lokasi bencana banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara, dan lokasi bencana gunung meletus di Sinabung, Karo, Sumatera Utara. Meski begitu, Panglima TNI berjanji akan membantu tambahan pesawat untuk rekayasa cuaca sesegera mungkin.
"Saya juga sudah perintahkan Panglima Kotama untuk siapkan seluruh pasukannya agar siaga bencana," kata dia.
Sampai Senin lalu, 20 Januari 2014, BPPT telah sembilan kali terbang menebar natrium klorida (garam) di atas awan pembawa hujan. Total ada 34 ton NaCl yang sudah disemai di awan. Sampai saat ini pula, BPPT dibantu satu unit pesawat C-130 Hercules milik TNI Angkatan Udara. Pesawat tersebut setiap hari bersiaga di posko rekayasa hujan BPPT di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT Heru Widodo mengeluhkan satu unit pesawat Hercules tak cukup melancarkan aksi "tebar benih" ke awan-awan hujan yang begitu banyak menyerang Ibu Kota. Selama tujuh hari, pesawat berburu awan hingga ke atas laut Pelabuhan Ratu dan Selat Sunda. Sebab, di lokasi tersebut, awan pembawa hujan berkumpul dan begerak menuju wilayah DKI Jakarta.
"Ibarat dalam perang, BPPT hanya punya satu pistol untuk menghadapi musuh yang begitu banyak," kata dia. Satu pesawat tersebut hanya bisa terbang dua kali dalam satu hari. Padahal, target BPPT melakukan rekayasa hujan minimal enam kali terbang dalam sehari. Walhasil, sampai saat ini, BPPT hanya bisa mengurangi curah hujan di Jakarta maksimal 22 persen. Padahal target BPPT bisa mengurangi curah hujan lebih dari 35 persen, seperti yang dicapai tahun lalu.
INDRA WIJAYA
Berita Terpopuler:
Angkat Telunjuk, Hary Tanoe Tantang Tutut
Hanya Orang Gila Menuntut Jokowi Hilangkan Banjir
Mengapa Ahok Keras Menjaga Waduk Pluit?
Pencipta Oplosan Dinilai Tak Tahu Terima Kasih
Jokowi Kesal Pengungsi Mengemis di Jalanan