TEMPO.CO , Sleman:Protes sebagian warga Dusun Karang Tengah, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Sleman terhadap rencana pelepasan nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung bakteri wolbachia di lingkungannya, tidak menghentikan riset untuk pengendalian persebaran virus demam berdarah tersebut.
Pelaksana lapangan riset ini, Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta, Pusat Kedokteran Tropis UGM tetap melaksanakan pelepasan tahap pertama nyamuk-nyamuk obyek riset itu di sebagian kawasan permukiman Dusun Ponowaren dan Dusun Karang Tengah di Desa Nogotirto, pada Rabu, 22 Januari 2014.
Peneliti utama EDP Yogyakarta, Riris Andono Ahmad menyatakan riset ini aman dan sudah melalui proses sosialisasi serta permintaan persetujuan ke warga secara intensif. Menurut dia riset ini telah diawali dengan tahap persiapan berupa penentuan lokasi dan permintaan persetujuan warga yang berlangsung sejak 2011 hingga akhir 2013 lalu. "Di Kecamatan Gamping, kami meminta persetujuan ke 4000-an warga, sekitar 90 persen lebih dari mereka telah menyatakan setuju," kata Riris kepada Tempo di Sekretariat EDP Yogyakarta.
Riris mengatakan riset ini merupakan penelitian multinasional yang dilaksanakan di delapan negara, termasuk Indonesia, dan berada di bawah koordinasi tim riset Universitas Monash, Australia. Dia mengatakan riset serupa, yang terbukti aman, sudah dilakukan di Australia dan Vietnam. "Risiko kesalahannya sangat kecil," kata dia.
Di Yogyakarta, riset ini dilakukan dengan melepaskan nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung bakteri wolbachia di sejumlah tempat permukiman. Untuk Sleman, kawasan lokasi riset ini ialah Dusun Ponowaren dan Karang Tengah di Desa Nogotirto, empat dusun di Desa Kalitirto dan empat dusun di Desa Trihanggo. Sementara di Kabupaten Bantul, riset serupa dilakukan di Dusun Singosaren di Desa Singosaren dan Dusun Jomblangan, Desa Banguntapan.
"Kawasan tersebut dipilih karena intensitas kasus demam berdarahnya tinggi dan karakter permukimannya tidak terlalu luas sehingga mudah dipantau," kata Riris. Semua penduduk yang berada di lokasi riset, menurut dia sudah diminta persetujuannya dengan metode survei ke masing-masing individu.
Dia menjelaskan bakteri wolbachia, yang selama ini ada di tubuh sebagian serangga, disuntikkan ke nyamuk aedes aegypti untuk mematikan pertumbuhan virus dengue, atau penyebab penyakit demam berdarah, di tubuh hewan ini. Riset laboratorium membuktikan nyamuk aedes aegypti, yang mengandung wolbachia, bisa melahirkan bibit nyamuk baru yang juga mengidap bakteri itu. "Kami perlu melepaskan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia agar bisa kawin dengan nyamuk sejenis di lokal sehingga melahirkan generasi populasi baru yang juga mengidap bakteri ini," kata Riris.
Menurut dia teknologi ini merupakan model baru pengendalian penyebaran virus demam berdarah di dunia. Riset di Yogyakarta, dia melanjutkan berfungsi untuk mengetahui efektivitas penyebaran nyamuk aedes aegyti yang mengandung wolbachia dalam mempengaruhi perubahan komposisi populasi nyamuk sejenis di habitat lokal. "Nyamuk yang ber-wolbachia tidak menularkan virus demam berdarah"
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita Lain
Media Asing Soroti Ani Yudhoyono di Instagram
Angkat Telunjuk, Hary Tanoe Tantang Tutut
Hanya Orang Gila Menuntut Jokowi Hilangkan Banjir
Mengapa Ahok Keras Menjaga Waduk Pluit?
Jokowi Kesal Pengungsi Mengemis di Jalanan