TEMPO.CO, Sumenep - Sabanyak 50 warga Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tertahan di Pelabuhan Kalianget akibat cuaca buruk. Sudah hampir dua pekan mereka tidur di areal Pelabuhan Kalianget. "Sudah 11 hari kami tidur di sini," kata Sukardi, penumpang tujuan Desa Torjak, Pulau Kangean, Kamis, 23 Januari 2014.
Menurut Sukardi, baru dua hari yang lalu petugas di Pelabuhan Kalianget mengizinkan penumpang yang tak bisa pulang, termasuk dirinya, tidur di ruang pembelian tiket. Sebelum diperbolehkan tidur di kantor Pelabuhan Kalianget, dia terpaksa menumpang di warung-warung semipermanen di sekitar tempat itu karena tidak punya saudara dan tidak punya cukup uang untuk menyewa penginapan. "Kami juga diberi bantuan nasi bungkus oleh Pemkab Sampang tiga kali sehari," ujarnya.
Baca Juga:
Sukardi mengatakan berdasarkan informasi yang didapat, pelayaran dari Pelabuhan Kalianget ke kepulauan di Madura akan dibuka kembali pada 25 Januari mendatang. Sukardi mengaku sudah tidak sabar ingin cepat sampai di rumahnya. "Mudah-mudahan cuaca membaik, jadi tanggal 25 ada kapal berlayar," katanya.
Pelayaran dari Pelabuhan Kalianget ke wilayah kepulauan di Madura dan ke Pelabuhan Jangkar, Situbondo, dihentikan sejak 15 januari lalu menyusul timbulnya cuaca ekstrem di perairan Selat Madura. "Ombak mencapai 4 meter. Ini berbahaya buat pelayaran," kata petugas Syahbandar Kalianget, Fajar Sidik.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kalianget, Endriyono, menjelaskan untuk perairan Pulau Masalembu, ketinggian ombak mencapai 4 meter. Adapun di perairan Kangean tinggi ombak rata-rata 3,5 meter. Di kawasan lain, yakni perairan Kalianget-Jangkar, tinggi ombak berkisar 2,5 meter. "Kecepatan angin mencapai 45 kilometer per jam," ujar dia.
MUSTHOFA BISRI