TEMPO.CO , Jakarta:Sirine meraung-raung di Pos Keamanan Perumahan Vila Kartini, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Selasa, pukul 15.00 WIB. Pada saat yang bersamaan, air kali Bekasi yang digelontorkan dari Bendung Kali Bekasi meluap.
Posisi air Kali Bekasi telah lebih tinggi setengah meter daripada air di Saluran Kartini. Itu artinya, dalam hitungan menit air Kali Bekasi bakal memasuki lantai dasar ratusan rumah di sana.
Sebagian penghuni perumahan elite yang masih berada di dalam rumah, melajukan kendaraannya yang telah berisi perbekalan mengungsi keluar kompleks. Setengah jam kemudian, dua jalur Jalan M Hasibuan yang berada di sisi selatan perumahan telah dipenuhi ratusan aneka jenis mobil mewah.
Warga Blok D Perumahan Vila Kartini, Decy C. Hasan, mengatakan itu merupakan sirine kedua. Sedangkan sirine pertama yang berbunyi sekitar dua jam sebelumnya sekedar mengingatkan bahwa banjir kiriman dari Bogor telah sampai ke Kali Bekasi.
Sesuai kesepakatan warga, sirine dipasang di Pos Satpam. Satpam pula yang bertindak sebagai pemantau banjir dan pengeksekusi menekan tombol sirine. Begitu sirine kedua berbunyi, barulah mereka total meninggalkan rumahnya. "Kalau sudah sirine ke dua, menginggalkan rumah," kata Decy, Selasa, 22 januari 2014.
Sejak bencana banjir menerjang Kota Bekasi tahun ini, kebanyakan warga mengungsi pada banjir kedua pada Selasa lalu. Karena, debit air di Bendung Kali Bekasi yang telah mencapai 18 meter dengan debit 490 meter kubik per detik, benar-benar digelontorkan ke arah hilir.
Dan, kompleks Perumahan Vila Kartini yang berjarak sekitar 200 meter dari Bendung Kali Bekasi, menjadi korban pertama luapan air. “Air kotor memasuki rumahnya hingga sepinggang,” kata perempuan yang berprofesi sebagai notaris dan aktivis sosial itu.
Suaminya yang seorang pilot, Hasan Basri, ikut menggungsi di ruko. "Dua hari ini kami sekeluarga tinggal di sini," kata Hasan. Kemarin dia mendapat kabar bahwa air mulai surut. Namun, dia lebih memilih tinggal di pengungsian dulu. Alasannya, listrik masih dipadamkan oleh PT PLN. “Dan khawatir sirine kedua bakal berbunyi lagi.”
ADI WARSONO