TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum mengatakan banjir bandang yang terjadi di Manado, Sulawesi Utara, pada Rabu, 17 Januari lalu disebabkan oleh rusaknya hutan di kawasan perbukitan. "Manado itu, perbukitannya sudah gundul. Sebagian sudah dijadikan perumahan dan kegiatan penambangan," kata Djoko pada Rabu, 22 Januari 2014 dalam jumpa pers di kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Menurut Djoko, kerusakan hutan itu diperparah dengan saluran air yang buruk di Kota Manado. Maka itu, saat hujan lebat terjadilah flush flood atau air langsung meluap, tetapi kembali surut dengan cepat. Akibatnya beberapa ruas jalan seperti di Tomohon mengalami longsor. (Baca juga: Banjir Manado, Kerugian mencapai Rp 500 Miliar)
"Sekarang lagi ditangani Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Nasional," kata Djoko. Penanganan tanah longsor itu sementara dilakukan dengan kegiatan yang bersifat darurat. Untuk perbaikan permanen, kata Djoko, masih menunggu jika banjir sudah selesai. (Baca juga: Pangdam: Banjir Manado Tewaskan 19 Orang)
Banjir bandang melanda Manado pada Rabu, 15 Januari 2014. Akibat banjir tersebut, 13 orang tewas, dua hilang, dan sekitar 40 ribu orang mengungsi. Ribuan rumah dan kendaraan di Kota Manado pun terendam banjir. Ketinggian air mencapai tiga meter di beberapa daerah, termasuk di Kecamatan Singkil dan Tikala. Kerugian materi karena bencana ini diperkirakan sudah mencapai miliaran lantaran seluruh kecamatan di Kota Manado terendam banjir.
APRILIANI GITA FITRIA
Terpopuler :
Cuaca Buruk, 74 Penerbangan di Bandara El Tari Delay
Alasan Industri Pulp dan Kertas Akan Digenjot
Potensi Monopoli Elpiji, KPPU Panggil Pertamina
Hari ini, Harga Emas Antam Turun Rp 2.000
Bosowa Bangun Terminal LPG di Banyuwangi