TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Besi dan Baja Indonesia memprediksi harga baja internasional akan terkerek 15-20 persen pada Januari hingga Juni tahun ini. Menurut Ketua Umum Asosiasi Besi dan Baja Indonesia Irvan K. Hakim, hal ini dipicu oleh kenaikan harga bahan baku.
"Kami melihat harga baja mengalami perbaikan. Dalam tiga pekan ini harga baja internasional baik, harga bahan baku juga baik mulai dari bijih besi, scrap, dan slab. Ini ciri-ciri bagus. Pada April atau Mei akan ada kenaikan. Dari hari ini sampai Juni, harga baja akan naik," katanya di Kementerian Perindustrian, Kamis, 23 Januari 2014.
Irvan mengingatkan konsumen baja di Indonesia untuk mulai merencanakan dan memperhitungkan potensi kenaikan harga baja tersebut dari sekarang. Adapun pelaku industri baja menyambut baik kenaikan harga baja internasional tersebut karena tren harga baja selama ini selalu turun. Namun ia mengingatkan bahwa masih ada peluang pelemahan nilai tukar rupiah sehingga kenaikan harga baja malah akan memberatkan produsen dalam negeri ketika dikonversikan.
Irvan yang juga merupakan Direktur Krakatau Steel (KS) mengatakan kenaikan produk baja KS mencapai 10-15 persen. "Harga memang sudah naik karena kami sesuaikan dengan harga dolar di pasar internasional," ujarnya.
Asosiasi Besi dan Baja Indonesia memprediksi pertumbuhan industri baja tahun ini hanya sekitar 4 persen. Penjualan baja tahun ini akan mencapai 7 juta ton baja, atau sama dengan tahun lalu. Direktur Eksektutif Asosiasi Besi dan Baja Indonesia, Edward Pinem, mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah menyebabkan stagnasi industri baja tahun ini. Dia memperkirakan penjualan baja pada 2014 mencapai 7 juta ton. "Awal tahun depan mungkin lesu karena orang cenderung wait and see, menunggu harga turun dulu," tuturnya.
ANANDA TERESIA