TEMPO.CO, Purwokerto - Rizal Bustami, 30 tahun, tak bisa menyembunyikan wajahnya yang pucat pasi. Jemaah Masjid Jami At Taqwa Desa Kranggan, Kecamatan Pekuncen, Banyumas, itu urung beribadah salat zuhur di masjid dekat rumahnya tersebut. Gempa berkekuatan 6,5 skala Richter merobohkan atap masjid yang dibangun sekitar tahun 2000 itu. "Saya sudah ambil air wudu bersiap salat di masjid," kata Rizal, Sabtu, 25 Januari 2014.
Gempa terjadi sekitar pukul 12.14 WIB dengan kedalaman 48 kilometer. Pusat gempa berada di 104 kilometer arah barat daya Kebumen. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Rizal mengatakan langkah kakinya terhenti sekitar 30 meter dari masjid. Getaran cukup kuat sempat dirasakan olehnya. Bersamaan dengan itu, bruuk, masjid yang biasa ia gunakan untuk salat berjemaah ambruk.
Taryono, 35 tahun, yang rumahnya dekat masjid, mengatakan biasanya azan di masjid itu dikumandangkan pukul 12.10 WIB. Namun Tarkum, muazin masjid setempat, kebetulan belum pulang dari menggarap sawahnya. "Tarkum hari ini agak telat azannya," kata dia.
Bagian depan masjid ambruk. Di atas bangunan depan terdapat kubah berwarna hijau yang cukup besar. Sedangkan kubah yang lebih kecil terbuat dari aluminium aman-aman saja, hanya beberapa bagian temboknya retak-retak.
Kubah ambruk diduga karena terlalu besar, sementara tiang penyangga kubah terlalu kecil. Reruntuhan kubah juga menimpa bagian depan rumah Daiman, pengurus masjid tersebut. Luas masjid yang mencapai 30 x 15 meter itu kini tinggal separuhnya. "Sepertinya sudah tak bisa digunakan lagi, terlalu berbahaya," kata Daiman.
Maladi, warga setempat, mengatakan saat ini dirinya masih trauma dengan kejadian tersebut. "Takut terjadi gempa susulan, isunya seperti itu," katanya.
Selain digunakan masyarakat setempat, siswa Madrasah Ibtidaiyah Maarif juga biasanya menggunakan masjid tersebut untuk kegiatan salat zuhur berjemaah. "Kebetulan tadi pulang gasik sehingga tak ada kegiatan jemaah," katanya. Saat ini polisi setempat sudah memasang garis polisi agar warga tak mendekat ke lokasi masjid.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Ahmad Lani mengatakan gempa di barat daya Kebumen tidak mempengaruhi sesar gempa di perbatasan Banjarnegara dan Kebumen. "Sesar di perbatasan itu pasif, kemungkinan tidak akan terpengaruh," katanya.
Ia mengatakan, pada 6 Juni 2011, sesar tersebut pernah melepaskan energi dengan kekuatan 3,6 dan 3,9 SR. Hanya, karena sudah tua, sesar tersebut tidak terlalu berbahaya.
Menurut dia, gempa Kebumen terjadi karena lempeng Australia menyusup ke lempeng Asia. Gempa bisa terasa di hampir seluruh Pulau Jawa karena besarnya kekuatan gempa. Selain itu, kedalaman gempa dinilai cukup dangkal, yakni hanya 48 kilometer.
Menurut dia, lempeng di Kebumen masih satu rangkaian dengan lempeng yang menimbulkan gempa di Yogyakarya, Pangandaran, dan Cilacap beberapa tahun lalu. Ia menyebutkan getaran gempa juga cukup kuat dirasakan di Banjarnegara.
ARIS ANDRIANTO
Terkait:
Gempa Kebumen Dirasakan Sepanjang Pesisir Selatan
Getaran Gempa Kebumen Terasa hingga Tasikmalaya
BNPB: Gempa di Jawa Tengah Tidak Potensi Tsunami
Gempa Kebumen 2 Kali Dirasakan Warga Kediri