TEMPO.CO, Cilacap - Isu datangnya gempa susulan membuat sejumlah warga di pesisir selatan Cilacap dan Kebumen khawatir. Mereka memilih tidur dan berjaga sepanjang malam di luar rumah. “Saya takut ada gempa lagi,” ujar Setra Seja, warga Desa Adiraja, Kecamatan Adipala, Cilacap, Jawa Tengah, Senin, 27 Januari 2014.
Rumah Setra rata dengan tanah akibat gempa berkekuatan 6,5 skala Richter yang mengguncang Cilacap, Sabtu, 25 Januari 2014. Dia kini lebih memilih tidur di dekat puing-puing rumahnya. Untuk berlindung dari hujan, Setra membuat bangunan dari seng dan asbes sisa-sisa rumahnya dengan atap dari daun kelapa.
Para tetangga membantunya membangun tempat berlindung. Sebagai alas tidur, dia menggunakan dipan yang masih tersisa. Ia mengatakan baru akan menginggalkan tempat itu jika rumahnya sudah kembali berdiri.
Tak hanya di Cilacap, warga Pekuncen, Banyumas, juga masih merasa khawatir. Mereka takut masih ada gempa susulan. Gempa susulan memang sempat dirasakan warga setempat pada Ahad dinihari lalu. “Kami memilih untuk tidak tidur,” kata Supriyanto, Kepala Dusun 3, Desa Karangklesem, Kecamatan Pekuncen, Banyumas.
BMKG Banjarnegara mencatat ada 23 kali gempa susulan setelah gempa pertama yang berkekuatan 6,5 skala Richter pada Sabtu siang, pekan lalu. Kekuatan gempa berangsur menurun.
“Rata-rata kekuatan gempa yang tercatat di alat kami sekitar 4 skala Richter, paling besar kekuatannya mencapai 4,8 skala Richter,” kata Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Ahmad Lani.
Menurut Lani, pelepasan energi gempa tersebut cukup positif karena bisa mengurangi pengumpulan energi yang bisa mengakibatkan gempa besar. Ia mengimbau pemerintah daerah yang kawasannya berada di pinggir pantai seperti Cilacap dan Kebumen untuk mengantisipasi terjadinya gempa besar. “Mitigasi bencana di daerah pesisir harus lebih ditingkatkan karena Cilacap dan Kebumen sangat rawan tsunami,” katanya.
ARIS ANDRIANTO