TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah tetap bergerak melemah di tengah mata uang regional yang justru mengalami penguatan. Hingga pukul 13.00 WIB, rupiah ditransaksikan pada level Rp 12.264 atau melemah 25 poin (0,20 persen) dari penutupan kemarin sore.
Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, menyatakan pelemahan yang terjadi pada mata uang peso Argentina dan rubel Rusia masih akan memberi efek negatif bagi pelemahan mata uang Asia, termasuk rupiah. Krisis tersebut dikhawatirkan akan semakin membangun kecemasan pelaku pasar atas likuiditas dolar di tingkat global. “Pelemahan yang terjadi di Argentina dan Rusia berpotensi meningkatkan tekanan aksi jual aset berdenominasi rupiah,” ujar Lana dalam analisis hariannya.
Namun demikian, aksi pemerintah yang melakukan pembelian kembali (buyback) surat utang negara (SUN), kemarin, diharapkan bisa mengurangi pelemahan rupiah. "Aksi buyback SUN seri FR0047 senilai Rp 455 miliar kemungkinan dapat meminimalkan tekanan jual di pasar obligasi," ujar Lana.
Dalam perdagangan kemarin, kurs dan bursa saham regional terkoreksi secara signifikan--merespons aliran modal yang mulai keluar dari pasar negara berkembang. Investor masih mengkhawatirkan dampak negatif pengurangan stimulus moneter (tapering off) bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Hingga pukul 13.00 WIB, won tampak memimpin penguatan kurs regional dengan kenaikan sebesar 0,31 persen. Disusul dolar Singapura dan ringgit Malaysia yang masing-masing menguat 0,16 persen dan 0,13 persen.
PDAT | MEGEL JEKSON