TEMPO.CO, Kabul – Bantuan senilai US$ 200 juta diberikan Amerika Serikat untuk memberantas buta huruf yang dialami oleh pasukan keamanan Afganistan. Menurut data, hanya separuh polisi dan tentara di negara itu yang bisa membaca dan menulis.
Ini berarti puluhan ribu orang di garis depan pertempuran melawan Taliban tidak dapat membaca atau mempersiapkan catatan tentang musuh mereka, mengisi pesanan untuk persediaan dan amunisi, atau mengirim laporan tertulis dari pertempuran ke markas.
Untuk itu, hampir 400 ribu tentara dan polisi telah menghadiri beberapa bentuk kelas keaksaraan yang didanai oleh NATO atau AS.
"Para pejabat Komando bertanggung jawab untuk program pelatihan keaksaraan. Pada Februari 2013, tentara buta huruf diperkirakan mencapai setengah dari seluruh tentara,” kata inspektur jenderal khusus untuk Afghanistan, seperti dikutip dari The Guardian.
Kementerian Pendidikan Afganistan memperkirakan hanya sekitar sepertiga dari semua warga Afghanistan dapat membaca dan menulis. Sementara itu, pasukan keamanan umumnya berasal dari keluarga miskin yang tentunya tidak mengenyam pendidikan. Hanya satu dari 10 bisa membaca atau menulis.
Karena keaksaraan sangat penting untuk militer modern atau kepolisian, pada lima tahun lalu, AS memutuskan untuk menambah kelas pelatihan dasar. Kelas ini dibuka untuk memastikan semua pasukan baru dapat berhitung, menulis nama mereka sendiri, dan membaca kata-kata dasar pada 2014.
Pelatihan ini diharapkan akan membuat pasukan keamanan lebih mampu memahami hak asasi dan aturan hukum, mampu membaca penjelasan peralatan dan senjata, mampu melengkapi dokumen, dan mampu menghindari praktek korupsi dengan melacak gaji mereka sendiri.
ANINGTIAS JATMIKA | THE GUARDIAN
Topik Terhangat
Banjir Jakarta | Cipularang Ambles | Pemilu Serentak | Jokowi Nyapres | Gempa Kebumen
Berita Terpopuler
Rumah Airin Digeledah KPK, Empat Brimob Berjaga
Bupati Bogor: Pak Jokowi, Tak Selalu Uang dan Uang
Soal Banjir Jakarta, Ini 3 Janji Bupati Bogor kepada Jokowi
Jokowi dan Bupati Bogor Kompak, Ini Hasilnya