TEMPO.CO, Yogyakarta - Kondisi wisata di Yogyakarta pekan ini masuk kategori low season. Para pengusaha pariwisata pun berharap momentum Imlek mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan.
Ketua Association of the Indonesian Tour and Travel Agencies Daerah Istimewa Yogyakarta Edwin Ismedi Himna mengatakan, meski perayaan tahun baru Cina jatuh pada akhir pekan, jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta terbilang tak sebanyak musim libur sebelumnya. Dibanding sebulan lalu, “Jumlahnya turun hingga 80 persen,” kata dia, Selasa siang, 28 Januari 2014.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia DIY Deddy Pranowo Eryono mengatakan, pada musim sepi pengunjung (low season), rata-rata tingkat hunian hotel bintang mencapai angka 30-40 persen. Adapun hotel nonbintang hanya sekitar 20 persen. Momentum Imlek, menurut dia, bisa menjadi pendongkrak tingkat okupansi itu.
Dia memperkirakan, pada 30-31 Januari nanti, tingkat hunian hotel bintang bisa melonjak menjadi 80-90 persen. Adapun hotel nonbintang menjadi 40 persen. "Bisa angkat kondisi low season ini," katanya.
Sebenarnya, dia melanjutkan, tingkat hunian hotel di Yogyakarta bisa mencapai angka lebih tinggi. Sebelumnya banyak pemesan kamar yang membatalkan pesanan karena daerahnya tertimpa musibah bencana alam.
Lonjakan tingkat hunian hotel diperkirakan kembali berlangsung pada pertengahan Februari mendatang. Pada 10-14 bulan itu, Yogyakarta menggelar Pekan Budaya Tionghoa yang digelar rutin sejak sembilan tahun lalu. Perayaan tahun baru Imlek itu tak hanya menampilkan kesenian dan budaya Tionghoa, tapi juga budaya daerah se-Nusantara.
ANANG ZAKARIA