TEMPO.CO, Lampung -Para sopir truk yang melintasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Kecamatan Way Jepara dan Matarambaru, Kabupaten Lampung Timur. Mereka mengaku dipaksa singgah di rumah makan oleh para preman kampung.
"Kami dihadang dan dipaksa untuk singgah meski hanya sekedar minum kopi atau beli rokok," kata Haryadi, 45 tahun, salah seorang sopir truk yang melintasi jalan itu, Rabu 29 Januari 2014.
Haryadi megatakan cara itu cukup merugikan para sopir karena harus mengeluarkan uang tambahan untuk sekedar minum kopi yang tidak perlu. Setiap rumah makan besar memiliki sekelompok preman yang bertugas menjaring pelanggan. "Jika menolak singgah bisa dipukuli. Bayangkan jika di sepanjang ruas jalan itu ada dua puluh rumah makan yang memiliki jasa preman seperti itu," katanya.
Para pelaku pemalakan berkedok rumah makan itu beraksi di Desa Telukdalam, Kecamatan Matarambaru. Aksi penyetopan ratusan kendaraan ke Pelabuhan Bakauheni Lampung itu kerap menimbulkan kemacetan panjang. "Kalau tidak singgah kadang mereka meminta uang kopi. Itu pemalakan gaya baru," ujarnya.
Aksi para preman yang bekerjasama dengan rumah makan itu sempat menimbulkan ketegangan dengan aparat Selasa, 28 Januari 2014. Satu pleton anggota Brigade Mobil Daerah Lampung dikerahkan untuk mengusir para preman itu.
"Jika masih ada pungutan liar dan ada kelompok yang memaksa sopir makan di rumah makan tertentu akan ditindak. Kami akan memanggil semua pengelola rumah makan yang menggunakan cara-cara preman itu," kata Kepala Bagian Operasional Polres Lampung Timur Komisaris Fidelis Timoranto.
Aksi pencegatan para sopir itu juga menimbulkan ketegangan antara pemuda Kecamatan Way Jepara dan Desa Telukdalam, Kecamatan Matarambaru. Sejumlah rumah makan di dua kecamatan yang bertetangga itu memang terlbat dalam persaingan bisnis yang tidak sehat tersebut. Polisi, kata Fidelis, akan terus berpatroli agar tidak ada lagi aksi pencegatan para sopir.
NUROCHMAN ARRAZE
Terpopuler