TEMPO.CO, Semarang - PT Pertamina Area Pemasaran Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta minta aparatur daerah dan kepolisian di wilayah bencana ikut mengawasi distribusi dan konsumsi bahan bakar minyak. Imbauan itu terkait dengan kecurigaan adanya permainan spekulan yang memanfaatkan kebutuhan bahan bakar minyak di daerah bencana, seperti Kabupaten Jepara, Kudus, dan Pati, yang sebelumnya sulit mendapatkan pasokan dari Pertamina.
“Saya berharap pemerintah daerah dan aparatur kepolisian di daerah bencana mengawasi,” kata Assistant Manager External Relations PT Pertamina Jateng dan DIY Robert Marchelino Verieza Dumatubun, Rabu, 29 Januari 2014. (Baca juga: Banjir di Jateng Makin Membahayakan)
Robert memastikan saat ini pasokan kebutuhan bahan bakar minyak di tiga daerah bencana itu sudah dilakukan. Namun masih ada sedikit kekurangan pada sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). “Kami akui masih ada satu hingga dua SPBU yang terisolasi dan belum mendapatkan BBM,” Robert menambahkan.
Catatannya menujukkan PT Pertamina Area Pemasaran Jateng dan DIY telah memasok 762 kiloliter dari kebutuhan BBM di tiga daerah itu sebanyak 800 kiloliter. Jumlah itu dinilai sudah mendekati kebutuhan, tapi diakui masih terjadi kelangkaan karena masyarakat di daerah bencana mengalami kekhawatiran sehingga terjadi kepanikan. (Baca juga: Banjir, Jepara Nyaris Lumpuh)
Kekhawatiran itu akibat kelangkaan minyak yang sebelumnya terjadi saat angkutan minyak PT Pertamina terhambat banjir. Dengan demikian, pembelian dilakukan melebihi kebutuhan dan dicurigai ada yang memanfaatkan kepentingan minyak di daerah bencana. “Ini dikhawatirkan memunculkan spekulan yang menjual minyak secara eceran dengan harga tinggi,” katanya.
Kelangkaan minyak di daerah bencana saat ini masih menyulitkan masyarakat, khususnya pelaku usaha kecil yang setiap hari harus memasarkan dengan kendaraan. Di Kabupaten Jepara, misalnya, harga Premium mencapai Rp 10 ribu. “Saya terpaksa berhenti berjualan sejak dua hari ini karena tak mendapatkan bensin,” kata Khoiriyah, 45 tahun, warga Desa Damarjati, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara. (Baca juga: Banjir di Jawa Tengah Bisa sampai Maret)
Pengusaha kecil menengah yang memproduksi kerupuk dan aneka keripik dari bahan umbi itu mengaku kehabisan minyak untuk operasional penjualan. Pada pekan sebelumnya ia masih mampu bertahan untuk menjual meski harus menggunakan BBM nonsubsidi. “Sebelumnya terpaksa pakai Pertamax harganya Rp 11 ribu, tapi sekarang sudah habis semua,” katanya.
Khoiriyah akhirnya hanya mampu menjangkau pemasaran di dalam kampungnya dengan cara jalan kaki. Bila kondisi ini terus terjadi hingga satu pekan, usahanya akan tutup. “Tak bisa ke mana-mana. Jangankan menjual, belanja ke kota saja sulit,” katanya. (Baca juga: Kudus Masih Langka BBM Akibat Banjir)
Warga di pedalaman Jepara itu terkena dampak kelangkaan BBM karena banjir menutup akses distribusi BBM, meski usaha yang digeluti sejak lima tahun terakhir ini tak ikut terendam air.
EDI FAISOL (SEMARANG)
Terpopuler :
Ditangkap, Petinggi Bitcoin Didakwa Pencucian Uang
Produksi CPO Dharma Satya Naik 30,7 Persen
Amdal Bandara Halim, Perlu Simulasi Lalu Lintas
OJK Bekukan Dua Perusahaan Pembiayaan
Tahun Ini Indonesia Tak Perlu Impor Garam Konsumsi