TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Ibnu, 32 tahun, penjaga Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, mengaku tidak merasa tegang begitu mendengar kabar bahwa ketinggian muka air di Bendung Katulampa, Bogor, telah mencapai rekor tertinggi, 230 sentimeter.
“Beda dengan tujuh tahun lalu saat pertama kali menjaga Pintu Air Manggarai,” kata Ibnu kepada Tempo, Kamis, 30 Januari 2014. Pada tahun-tahun pertama pekerjaannya, dia selalu khawatir siaga I di Katulampa bakal membanjiri Ibu Kota, terutama Istana Negara.
Namun, seiring berjalannya waktu, Ibnu sudah tidak tegang lagi. Sebab, air bisa diatur dengan cara membuka dan menutup pintu air. Bila Kanal Banjir Barat tidak mampu menampung debit air, biasanya dia diperintahkan atasannya agar membuka pintu air yang mengarah ke samping Masjid Istiqlal.
Kalau kondisi aman, air tetap disalurkan ke Pasar Baru hingga Ancol. Namun, bila tetap tak tertanggulangi, pintu air yang mengarah ke Istana Negara, Harmoni, dan Glodok terpaksa dibuka.
Justru, kata dia, kini yang membuat dirinya kebingungan kalau disemprot kaum ibu. "Tekanan terbesar datangnya dari warga. Saya sering diomeli kaum ibu setiap musim banjir," kata Ibnu.
"Bagaimana sih Mas, saya baru selesai bersih-bersih tapi sudah banjir lagi," ujar Ibnu menirukan omelan ibu-ibu yang tinggal di sekitar Manggarai. Para ibu biasanya menyampaikan keluhan via telepon.
Bagi yang tak sabar, mereka langsung mendatangi pos jaga. Kini, setiap kali diomeli kaum ibu, biasanya dia mengeluarkan jurus balik, yakni mempertanyakan mana yang lebih dahulu hadir di antara siklus hujan dan manusia.
Saat warga menjawab hujan yang lebih dulu hadir, Ibnu akan langsung menimpali, "Berarti banjir ini salah kita sebagai manusianya," ujar dia. "Omelan ibu-ibu lebih menyeramkan dibandingkan naiknya permukaan air.”
Situasi Pintu Air hingga pukul 14.00 di sini.
LINDA HAIRANI
Berita Terpopuler:
Ibas Takut Komentari Anas Urbaningrum
PDIP: Wali Kota Risma Tak Boleh Mundur
Banjir di Jakarta Hari Ini Diperkirakan Jam 8-10
Katulampa 230 Cm, Jakarta Banjir Lagi Pagi Ini
Anas Simpan Aset Rp 2 Triliun di Singapura?