TEMPO.CO, Washington - Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve), pada Rabu siang waktu Washington (atau Kamis dini hari waktu Indonesia), akhirnya mengumumkan akan kembali memangkas stimulus sebesar US$ 10 miliar per bulan dalam program pembelian kembali obligasi di pasar. Langkah itu mempertimbangkan ekonomi negeri Abang Sam dinilai sudah mulai pulih dari resesi.
Seperti dilansir The New York Times, 29 Januari 2014, keputusan The Fed diumumkan setelah selama dua hari para anggota dewan gubernur melakukan pertemuan Komite Federal Pasar Terbuka (FOMC). The Fed optimistis ekonomi Amerika akan tumbuh lebih cepat setelah bertahun-tahun mengalami pelemahan sejak krisis finansial mendera negara itu pada 2009. (Baca juga : IHSG Hari Ini Diprediksi Naik ke Level 4.360)
Dengan keputusan itu, maka The Fed mengurangi dana stimulus untuk program pembelian kembali obligasi di pasar menjadi sebear US$ 65 miliar per bulan. Pada akhir tahun lalu, The Fed mengumumkan akan memangkas dana stimulus sebesar US$ 10 miliar dari anggaran awal sebesar US$ 85 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar per bulan mulai Januari 2014. Adapun dana stimulus US$ 65 miliar per bulan mulai berlaku pada Februari 2014.
Para analis memperkirakan pada Maret mendatang The Fed berpotensi kembali memangkas dana stimulusnya, mempertimbangkan putusan The Fed saat ini. Meski begitu The Fed tetap mempertahankan suku bunga acuannya untuk bunga jangka pendek di level hampir nol persen. (Baca juga : Investor Tunggu Sentimen Baru Eropa dan Amerika )
Keputusan itu mempertimbangkan angka pengangguran di Negeri Abang Sam belum mencapai target di bawah 6,5 persen. Pada Desember 2013, angka pengangguran Amerika dilaporkan masih 6,7 persen. Jika nantinya angka pengangguran bisa ditekan di bawah 6,5 persen, maka The Fed akan mempertimbangkan menaikkan suku bunga acuannya.
Pernyataan resmi The Fed mengungkapkan pertumbuhan ekonomi telah menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan dalam beberapa kuartal terakhir. The Fed optimistis penguatan ekonomi akan terus berlanjut tahun ini. Meski begitu The Fed tidak menyinggung soal gejolak ekonomi yang terjadi di negara berkembang dalam beberapa waktu terakhir akibat isu pengurangan stimulus (tapering off) oleh The Fed tersebut. (Baca juga : Forum Davos, Negara Berkembang Fokus Tangani KURS)
Setelah pengumuman The Fed, harga saham di bursa Amerika Serikat turun lebih tajam melanjutkan pelemahan hingga penutupan perdagangan.
THE NEW YORK TIMES | ABDUL MALIK
Terpopuler :
Akuisisi XL dan Axis, DPR Minta Kajian Kementerian
Truk Dilarang Masuk Jalur Ambles Cipularang
Listrik 10 Wilayah Jakarta-Tangerang Masih Padam
Pertamina Minta Aparat di Daerah Bencana Awasi BBM
Pelayanan Garuda Akan Pindah ke Terminal 2 Juanda
Hari Ini IHSG Diperkirakan di Level 4.289-4.315