TEMPO.CO, Subang - Baru setahun diperbaiki, Tanggul Leuwi Nangka di Kampung Werasari, Kelurahan Dangdeur, Subang, Jawa Barat, jebol akibat tak kuasa menampung debit air hujan deras yang nyaris tak berhenti sejak tiga hari lalu. "Tanggul yang terbuat dari beronjong kawat berisi batu belah itu ambrol terseret air pada Rabu malam," kata Jajang, petani di desa tersebut, Jumat, 31 Januari 2014.
Bagian tanggul yang jebol berada di 10 meter bentangan utama. Jebolnya tanggul menyebabkan aliran Sungai Ciasem yang biasanya dialirkan melalui saluran pembagi irigasi sekunder Leuwi Nangka yang mengairi areal persawahan irigasi teknis di tiga kecamatan: Subang, Pagaden, dan Pagaden Barat, menyusut. (Baca pula: Jabar Fokus Tangani Banjir Subang dan Indramayu).
Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang Hendrawan mengatakan jika tak segera diperbaiki, 4.327 hektare tanaman padi berusia 15-45 hari di 13 desa di tiga kecamatan terancam gagal panen. "Sekarang mungkin masih bisa tertolong dengan air hujan. Tapi jika sudah musim kemarau, otomatis tak akan ada kiriman air lagi," kata Hendrawan.
Menurut dia, untuk perbaikan sementara, dibutuhkan 80 lembar beronjong kawat baja dan 80 meter kubik batu belah, serta sebuah eskavator untuk rekonstruksi lagi bendungan yang ambrol. Kasus itu sudah dilaporkan ke PJT II Jatiluhur dan Balai Besar Wilayah Sungai (Citarum) di Bandung. "Intinya, kami menginginkan penangangan segera," katanya.
Direktur Utama PJT II Jatiluhur Herman Idrus mengatakan jebolnya tanggul bukan akibat konstruksi, tapi kerusakan tanggulnya. Peristiwa serupa pernah terjadi pada 2011. "Karena itu, perbaikannya mudah. Sebab, tahun lalu tanggul ini pernah diperbaiki juga," ujar Herman.
NANANG SUTISNA