TEMPO.CO, Beijing - Perayaan Imlek yang biasanya ingar-bingar dengan petasan dan kembang api, tapi penjualan kembang api di Cina tahun ini justru turun. Sebab, masyarakat Cina menyambut tahun Kuda Kayu dengan perayaan yang tak berlebihan, Kamis, 30 Januari 2014. Masyarakat mematuhi permintaan pemerintah untuk membatasi penyalaan kembang api karena memperhatikan polusi udara. Padahal menyalakan kembang api dipercaya mendatangkan keberuntungan.
Nyala kembang api serta petasan diyakini warga Cina membawa keberuntungan sekaligus dapat mengusir roh-roh jahat. Namun kembang api membuat langit gelap dengan asap selama beberapa jam. Dengan kabut yang menyelimuti beberapa bagian di wilayah utara, tengah, serta timur Cina, termasuk Beijing dan Shanghai, sejumlah orang memutuskan melakukan perayaan dengan tenang. (Baca juga: Kurangi Polusi, Cina Tak Bakar Kembang Api Imlek)
Zhang Debi dan istrinya, Fang Lina, mengatakan toko kembang apinya yang berdiri di area bekas konsesi Prancis yang rimbun itu hanya bisa menjual setengah dari yang terjual tahun lalu. "Orang-orang tetap akan menyalakan kembang api karena atmosfer hari libur tidak lengkap tanpanya," ucap Fang. "Namun jika terlalu banyak kembang api dinyalakan, juga tidak baik."
Saat gema kembang api dan petasan terdengar di Beijing, sebuah media milik pemerintah menyebut penjualan mengalami penurunan karena pembelian yang dilakukan masyarakat tidak banyak. "Ini buruk untuk lingkungan, tidak baik untuk udara," kata seorang penduduk, Lao Song. "Tahun lalu, saya membelanjakan sekitar 300 yuan (US$ 50) untuk membeli kembang api, tapi tahun ini saya hanya membeli 100 yuan,” katanya. (Baca juga: Imlek, Hunian Hotel Melonjak 90 Persen)
Untuk menaati perintah Presiden Xi Jinping agar berhemat, serta kampanyenya menentang korupsi, penjualan barang mewah yang biasa dijadikan hadiah tahun baru juga mengalami penurunan. "Tidak ada yang berani menerima hadiah mahal lagi," kata seorang penjual jamur ulat bulu, Dou Qinlian, seperti dikutip Xinhua. Menurut Dou yang memiliki toko di Lhasa, Tibetan, jamur ulat bulu merupakan obat herbal yang mahal dan sulit didapatkan.
REUTERS I MARIA YUNIAR
Terpopuler :
PT Semen Indonesia Sewakan Lahan ke PTPN X
Ekspor Mineral, Jero Tolak Permintaan Freeport
Alasan Foxconn Hijrah dari Cina ke Indonesia
10 Saham Pencetak Rugi Terbesar
Pemasok untuk iPhone Bedol Desa? BKPM: Tunggu Saja