TEMPO.CO, Jakarta - Gita Wirjawan mengundurkan diri dari posisi Menteri Perdagangan. Pertimbangannya, agar lebih berkonsentrasi sebagai bakal calon presiden dalam konvensi Partai Demokrat. (Baca: Gita Wirjawan Mundur Demi Menang Konvensi Demokrat).
Meski sejumlah kalangan memberi apresiasi atas keputusan tersebut untuk menghindari konflik kepentingan, Gita justru dinilai alpa melaksanakan tugas-tugasnya. "Prestasi perdagangan Indonesia dua tahun terakhir buruk sebab mengalami defisit neraca perdagangan," kata pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, ketika dihubungi Tempo, Jumat, 31 Januari 2014.
Menurut dia, tugas untuk mendongkrak neraca perdagangan memang bukan hanya kewajiban Gita. Sebab, penyumbang defisit terbesar adalah impor minyak dan gas yang menjadi kewenangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. "Tapi, tetap saja soal defisit neraca perdagangan yang disorot pasti Menteri Perdagangan. Dari situ semua pihak akan menganggap kinerja Perdagangan bukan prestasi yang menggembirakan," ujarnya.
Selain itu, Gita juga meninggalkan "pekerjaan rumah". Misalnya, dia belum menunjukkan aksi konkret untuk mempersiapkan Indonesia memasuki pasar bebas pada 2015. Padahal, untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mendatang, Kementerian Perdagangan menjadi garda terdepan pasar Indonesia. "Yang terakhir kita dengar program jemput buyer, tapi seberapa efektifnya tidak jelas. Dan apakah benar dengan jemput buyer itu sudah pasti akan berinvestasi di sini," ujarnya.
Belum lagi, dia menambahkan, masalah tata niaga impor komoditas pokok yang masih carut-marut. Beberapa pekan ini pemerintah dipusingkan dengan temuan beras impor umum di Pasar Induk Cipinang yang tidak dilakukan oleh Perum Bulog. "Ini masih riweh, kenapa tidak diselesaikan dulu siapa yang harus bertanggung jawab," ujarnya.
AYU PRIMA SANDI
Berita Lain:
PT Semen Indonesia Sewakan Lahan ke PTPN X
Ekspor Mineral, Jero Tolak Permintaan Freeport
Alasan Foxconn Hijrah dari Cina ke Indonesia
10 Saham Pencetak Rugi Terbesar
Pemasok untuk iPhone Bedol Desa? BKPM: Tunggu Saja