TEMPO.CO, Jakarta- Mantan analis keuangan di satu bank , Shandra Woworuntu, menjadi korban perbudakan seks di Amerika Serikat. Ia berhasil melarikan diri dari kamar mandi tempat penyekapan bersama beberapa korban lainnya.
"Saya tertarik waktu itu. Saya mengira ini merupakan impian orang-orang Amerika. Saya akan mendapatkan banyak uang dan setelah enam bulan di sana saya akan kembali pulang," kata Shandra kepada AFP pada 28 Januari lalu.
Peristiwa ini bermula saat krisis ekonomi menerjang Asia pada tahun 2001. Sandra, saat itu berusia 25 tahun, yang bekerja sebagai analis keuangan terpaksa menganggur. Ibu dengan seorang putri ini membaca iklan surat kabar mengenai lowongan pekerjaan temporer di satu hotel di Chicago. Tertarik dengan pekerjaan itu, ia pun melayangkan surat lamaran.
Setelah lamarannya diterima, Shandra mengurus visa untuk berangkat ke negara Paman Sam. Ia meninggalkan anak perempuannya dan berjanji kembali pulang setelah masa kerjanya selama enam bulan berakhir.
Ternyata, setibanya di New York pada malam harinya ia langsung dibawa ke satu rumah bordil tersembunyi di pusat bisnis tersibuk di Amerika dengan todongan senjata tajam diarahkan ke kepalanya. "Saya hanya berpikir saya harus menyelamatkan diri saya," ujar Sandra dengan suara lemah.
Setelah itu, ia pun berpindah tangan dari satu mucikari ke mucikari lainnya. Salah satu mucikari itu bernama Johnnie Wong, warga Taiwan. Pria ini hanya dapat berbahasa Kanton. Satunya lagi seorang warga Amerika. Shandra korban penipuan agensi pencari kerja yang mengiklankan lowongan kerja di satu hotel di Chicago.
Ia tidak sendirian. Ada remaja perempuan dan perempuan dewasa dari negara-negara lain bekerja di sejumlah rumah bordil di New York. Bahkan beberapa diantaranya dari Indonesia. Kebanyakan mereka masih remaja. "Ini bukan pekerjaan yang mereka janjikan,"ujarnya.
MARIA | INSIDER