TEMPO.CO, Denpasar - Pasokan listrik untuk Bali dari Jawa melalui kabel udara melintasi Selat Bali diperkirakan akan rampung pada 2017. General Manager PT PLN Distribusi Bali, IBG Mardawa, mengatakan, untuk menyambungkan kabel akan dibangun tower setinggi 315 meter. "Tower dibangun di Watu Dodol, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan di Segara Rupek, Kabupaten Jembrana, Bali," ujarnya, Senin, 4 Februari 2014.
Menurut Mardawa, lengkungan bentangan kabel antartower tidak akan mengganggu lintasan kapal di Selat Bali. "Karena titik terendahnya 70 meter." Nantinya, listrik yang dipasok sekitar 1.800 megawatt. Jumlah tersebut akan mengamankan listrik di Bali hingga 2020.
Saat ini, kebutuhan listrik di Bali pada saat beban puncak mencapai 721 megawatt dari kapasitas terpasang 882 megawatt. Sebagian besar pasokan listrik berasal dari pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).
Merdawa mengatakan, 95 persen pelanggan listrik di Bali atau sekitar 950 ribu adalah pelanggan rumah tangga. Sisanya adalah pelanggan bisnis, hotel dan restoran.
Kebutuhan listrik di Bali tumbuh rata-rata sekitar 9,3 persen per tahun. Saat ini kebutuhan listrik dipasok dari Jawa melalui kabel sebesar 200 megawatt dan akan bertambah 200 megawatt pada tahun ini. Pasokan listrik lainnya berasal dari PLTGU di Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng, dan Pesanggaran, Kabupaten Badung.
Ihwal pembangunan Pambangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Bedugul, menurut Mardawa, secara teknis memang memungkinkan. Bahkan beberapa titik telah dibor dan tinggal dipasangkan alatnya. Namun pihak swasta yang membangun proyek itu belum memperoleh izin pengelolaan dari pemerintah daerah sehingga PLN hanya bisa menunggu pelaksanaan pembangunannya.
ROFIQI HASAN