TEMPO.CO, Bekasi - Puluhan rumah di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, rusak akibat diterjang angin puting beliung pada Ahad dinihari, 2 Februari 2014. Meski tak ada korban jiwa, kerugian materi diperkirakan mencapai ratusan juta.
Menurut Camat Babelan Suhup, berdasarkan hasil inventarisasi, terdapat 13 unit rumah ambruk, 51 rumah rusak berat, dan 17 rumah rusak ringan. Sebuah musala, majelis taklim, dan satu madrasah ibtidaiyah juga rusak parah. "Yang terkena dampak di Kampung Sembilangan dan Setia Mekar," kata dia, Senin, 3 Februari 2014.
Selain mengakibatkan kerusakan bangunan, lima orang warga juga menjadi korban. Namun mereka hanya menderita luka ringan. Usai kejadian, mereka langsung dilarikan ke klinik terdekat tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Sekarang kondisi kesehatannya sudah membaik," kata Suhup.
Suhup menuturkan angin puting beliung disertai hujan melanda Babelan pada Ahad dinihari. Sejumlah atap rumah beterbangan, sedangkan penghuni rumah langsung terbangun dari tidurnya lalu menyelamatkan diri.
Pagi hari setelah kejadian, kata Suhup, petugas puskesmas masing-masing wilayah langsung turun ke lapangan. Kantor desa setempat dijadikan posko bagi korban angin puting beliung. Petugas hingga saat ini masih siaga di posko-posko tersebut. "Tidak ada posko pengungsian khusus. Sementara yang rumahnya rusak dan ambruk tidur di rumah saudaranya," katanya.
Ia mengatakan rumah yang rusak berat sudah diperbaiki oleh masing-masing pemiliknya. Menurut dia, rumah yang mengalami rusak berat dan ringan di antaranya atap rumah terbang. "Sudah melapor ke Bupati Bekasi dan memberikan tembusan ke BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)," katanya.
Sejauh ini bantuan berupa kebutuhan bahan pokok sudah didistribusikan kepada warga yang terkena dampak angin puting beliung. Bagi warga yang rumahnya hancur, Suhup menyarankan agar tak ditempati. Pihaknya akan mengusulkan kepada pemerintah untuk dibangun dalam program bedah rumah. "Yang sudah tak dapat ditempati itu rata-rata semipermanen," ujar Suhup.
Zainudin, warga berusia 45 tahun, mengatakan angin puting beliung kali ini lebih besar dibanding pada tahun lalu, sehingga menyebabkan kerusakan parah di lingkungannya. "Suara anginnya seperti mesin kapal. Kami menjadi ketakutan," ia menjelaskan.
ADI WARSONO